GPBSI

1. Generasi Pertama: Adam

Nama Adam berasal dari akar bahasa Asyur adamu yang berarti ‘membuat’ atau ‘tercipta’. Nama ini mengandung arti bahwa manusia sama sekali bukan pencipta, melainkan “ciptaan”. Adam dibentuk dari debu tanah (Kej 2:7, 3:19 dan 23). Debu tanah adalah apar dalam bahasa Ibrani yang bukan berarti tanah liat atau lumpur, melainkan “debu tanah”. Asal mula eksistensi manusia yang tanpa napas hidup Allah hanyalah debu tanah (Kej 18:27; Ayb 4:19, 33:6; Mzm 103:14; Pkh 3:20; Yes 64:8; 1Kor 15:47).

(1) Adam hidup sampai Lamekh, generasi ke-9, berusia 56 tahun

"Patut diduga bahwa setelah kejatuhan, Adam dan Hawa mengingat dunia sebelum kejatuhan dan kehidupan mereka yang diberkati, yaitu persekutuan mereka dengan Allah, dan bersaksi dengan terperinci kepada keturunan-keturunan mereka tentang fakta Taman Eden dan pengalaman iman yang berharga di sana."

Patut diduga bahwa setelah kejatuhan, Adam dan Hawa mengingat dunia sebelum kejatuhan dan kehidupan mereka yang diberkati, yaitu persekutuan mereka dengan Allah, dan bersaksi dengan terperinci kepada keturunan-keturunan mereka tentang fakta Taman Eden dan pengalaman iman yang berharga di sana. Oleh karena itu, patut diduga bahwa seluruh generasi mulai dari Set (generasi kedua dari Adam) sampai kepada Lamekh (generasi kesembilan) bertemu dengan Adam yang merupakan tokoh utama Taman Eden dan mendengar cerita langsung dari Adam tentang hakikat dunia hidup kekal dari penciptaan, tipu muslihat setan yang licik, kejatuhan dirinya akibat ketidaktaatan, dan janji keselamatan.

Adam sebagai orang yang pernah berada di Eden menerima Injil yang pasti mengenai Keturunan perempuan (Kej 3:15). Setelah diusir dari Eden, Adam mungkin bersaksi mengenai Injil ini kepada keturunan-keturunannya secara terus-menerus. Injil ini sesungguhnya adalah satu-satunya sinar pengharapan bagi Adam dan seluruh umat manusia. Tepat setelah Adam dan Hawa memetik dan memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, mereka tidak bertobat sambil memberikan banyak alasan (Kej 3:7-13). Akan tetapi, dengan Allah memberikan janji akan Keturunan perempuan kepada Adam, Ia membuat Adam melihat sebuah sorotan terang penyelamatan di dalam kegelapan dosa dan kejahatan. Pada akhirnya Adam menjadi menyesal atas betapa besarnya dosa dirinya dan mulai saat itu ia menjadi sungguh-sungguh mendambakan kedatangan eturunan perempuan tersebut. Hal ini terbukti dari fakta bahwa setelah janji akan Keturunan perempuan (Kej 3:15) tersebut diberikan kepada Adam, ia memberi nama ‘Hawa’ (yang berarti hidup) kepada istrinya (Kej 3:20a). Lewat nama ini, Adam mendeklarasikan bahwa Hawa akan menjadi “ibu semua yang hidup” (Kej 3:20b). Penamaan ini adalah engakuan iman pertama tentang janji Keturunan dan ekspresi pengharapan akan hari ketika hidup menaklukkan maut, yaitu hidup kekal. Keyakinan Adam terhadap janji yang diberikan oleh Allah mungkin semakin dikuatkan setiap kali ia memanggil nama istrinya. Kemudian, Allah menunjukkan kemurahan hati dan belas-kasihan-Nya dengan membuat sendiri pakaian dari kulit binatang dan mengenakannya langsung kepada mereka (Kej 3:21).

"Adam sebagai orang yang pernah berada di Taman Eden adalah saksi pasti tentang keberadaan Taman Eden dan janji yang diberikan di sana."

Adam sebagai orang yang pernah berada di Taman Eden adalah saksi pasti tentang keberadaan Taman Eden dan janji yang diberikan di sana. Pakaian dari kulit binatang yang Allah sendiri kenakan kepada Adam dan Hawa sebelum mereka diusir dari Taman Eden (Kej 3:21) adalah tanda bukti yang menjamin perjanjian-Nya di Kejadian 3:15. Bagi Adam, tanda bukti ini lebih berharga dari pada hidupnya sendiri. Hal pakaian dari kulit binatang dibuat dan dikenakannya kepada mereka menunjukkan prinsip keselamatan lewat pengorbanan serta menyiratkan bagaimana penggenapan penebusan umat manusia yang telah jatuh ke dalam dosa akan terjadi. Alasannya adalah karena pasti diperlukan pengorbanan satu nyawa untuk membuat pakaian dari kulit binatang. Pengorbanan ini adalah bayangan pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib yang akan terjadi.

Kemungkinan, sepanjang hidupnya, Adam menghargai dan menyimpan pakaian dari kulit binatang yang diberikan sebagai jaminan terhadap janji tersebut dan yakin bahwa akan tiba harinya ketika Keturunan janji tersebut datang dan pasti meremukkan kepala ular. Ia tentunya mendidik dan mewariskan hal ini kepada keturunanketurunannya.