FIRMAN
Khotbah minggu
RAHASIA UNTUK TIDAK TERJATUH
(Kis 20:7-12)
Peristiwa di ayat
pembacaan ini terjadi pada hari Minggu malam ketika rasul Paulus memberikan
kotbah perpisahan di lokasi penginjilannya yang ketiga, di Troas. Di sekitar Istambul, mereka meminjam salah satu rumah dan di situ Paulus menyampaikan firman dalam persekutuan penginjilan. Waktu
itu, Eutikhus duduk di jendela dan ia tertidur lelap, lalu jatuh dari jendela di lantai 3 dan mati (Kis 20:9). Dengan merenungkan seperti apa Eutikhus
di zaman sekarang dan alasan Eutikhus jatuh dan mati, bagaimanakah agar iman
kita tidak terjatuh dan tenggelam dalam kemalasan rohani serta lupa pada tugas
yang harus ditanggung di tahun 2015 ini?
1.
Kita haruslah duduk
di posisi dimana kita seharusnya berada.
Seandainya ia duduk di kursi/lantai,
meski ngantuk dan tertidur, ia tidak akan terjatuh dan mati. Masalahnya ia tidak duduk di posisi dimana ia
seharusnya berada. Ia hanya
terus duduk di tempat yang nyaman saja dan pada akhirnya mati. Ia
tertangkap oleh pikiran2 yang tidak perlu, dan karena ia duduk di posisi yang mendengar perkataan dari orang-orang, pada
akhirnya ia jatuh. Kita harus
membuang segala sikap iman yang mendua hati, yang hendak menjalani kehidupan dengan nyaman-nyaman
saja. Tidak boleh separuh hati kita menjalani kehidupan
iman, tapi separuh tubuh kita dibiarkan menuju ke dunia. Karena
sikap tersebut pasti akan membawa kita ke kejatuhan. Allah memerintahkan agar umat-Nya
melayani-Nya dengan segenap hati dan kesungguhan. Tapi
Euthikus duduk bergelantung di jendela, ia berseru tentang
sorga sambil membanding-bandingkan gereja dengan
dunia.
Troas
merupakan tempat yang penting,
lalu lintas yang menghubungkan Asia dan
Eropa. Banyak orang berkumpul di tempat ini. Maka pasti terlintas pikiran untuk mendengar firman dengan
nyaman, dengan duduk bergelantungan di jendela yang sejuk. Banyak
orang beribadah sesuai dengan kenyamanan mereka dan banyak
komplain. Tempat itu adalah tempat dimana mereka beribadah ke hadapan Allah. Saat beribadah, orang-orang harus memiliki hati yang takut akan Allah dan
melayani-Nya. Bersamaan dengan itu, haruslah juga memiliki hati yang melayani sesama. Mengapa
ia duduk bergelantung di jendela seperti
seorang penonton? Jendela menunjuk pada
posisi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan lantai ruangan. Maka ini menunjuk pada
posisi penguasa. Apakah kita boleh duduk di posisi penguasa? Apa hasilnya jika melayani Tuhan dan dunia bersamaan, tanpa hati yang sungguh-sungguh mau melayani? Hasilnya akan terjatuh.
Kita harus
ingat akan suara teguran Tuhan terhadap Kapernaum yang ada di Matius
11:23. Kapernaum mengalami banyak
mujizat dan firman
banyak dinyatakan. Tapi karena mereka tidak menyendengkan telinganya kehadapan
firman Tuhan sampai akhir, maka mereka menjadi terjatuh. Rasul Paulus mengajarkan di 1Korintus 10:12 bahwa iman yang hendak meninggikan diri pasti akan
jatuh. Penyebab Eutikhus jatuh karena ia
tidak berada di posisi yang seharusnya. Jendela membuat kita dapat
melihat rupa kita masing-masing. Rupa yang
melayani haruslah menjadi hakikat
masing-masing (Mar 10:43-45).
Ketika kita lupa akan posisi yang
melayani, kita akan menjadi
persis seperti Eutikhus.
2.
Kita haruslah bertahan dan terbangun, berjaga-jaga, sehingga tidak tertidur secara rohani.
Eutikhus tidak bisa menahan kantuknya dan pada
akhirnya ia tertidur lelap. Sekarang ini waktu yang seperti apa? Sekarang adalah
waktunya bagi gereja untuk menerima kasih karunia Allah dan hidup sesuai dengan
firman. Gereja haruslah dipenuhi dengan antusias untuk misi penginjilan menyampaikan
firman Sejarah Penebusan, firman yang kekal (Why 14:6). Gereja haruslah
memiliki perhatian dan pemahaman yang mendalam tentang lokasi misi. Pada gereja
haruslah ada kesaksian yang dapat dipertanggungjawabkan. Gereja haruslah melakukan 3 tugas misi: antusias untuk
misi penginjilan, perhatian dan pemahaman yang mendalam tentang lokasi misi,
serta kesaksian yang dapat dipertanggungjawabkan. Saat demikian, seiring dengan arus perkembangan gereja-gereja
di dunia, akan terjadilah pekerjaan Roh Kudus
yang mengagumkan. Hari ini, ketika kita melupakan misi tugas yang
seharusnya kita miliki, maka kitapun akan mengantuk dan tertidur lelap seperti
Eutikhus (Mat 6:24). Karena kotbah
Paulus panjang, Eutikhus tidak dapat menahan kantuknya. Sama seperti umat Israel yang menempuh perjalanan padang gurun yang
meletihkan dengan sabar, kehidupan iman kita merupakan latihan dan ujian. Tapi
Eutikhus ini kesabarannya kurang karena ia kurang latihan. Jalan iman adalah
jalan dari kesabaran dan latihan yang keras (Ibr 5:7). Ketika kita terus maju sambil bertahan terhadap kesulitan dengan setia, dengan mempertaruhkan jiwa kita di
hadapan tugas dan jabatan yang dipercayakan, barulah kita
akan menang. Eutikhus tidak bisa menahan kantuknya dan ia mengalami kemerosotan secara
rohani.
Musuh yang
paling dahsyat bagi jemaat kudus adalah
“kantuk atau tidur rohani.” Ini menunjuk pada keadaan kemerosotan
rohani yang mabuk oleh dunia, sehingga lama-kelamaan menjadi mati rasa sehingga
semakin menjauh tanpa berhubungan dengan kehendak Allah. Kantuk/tidur inilah yang menjatuhkan murid-murid Yesus dan menghalau Yesus ke kayu salib (Mat 26:40-46, Rom 13:11). Untuk membangunkan yang tertidur, air dingin paling manjur. Dikatakan di Efesus 5:26 bahwa
air menunjuk kepada firman. Kita semua haruslah terbangun dari tidur rohani. Jadi kita tidak
bisa menahan kantuk karena kita kurang sabar (Kis 20:9).
Kesimpulan:
Eutikhus artinya beruntung atau rejeki. Sesuai arti namanya, ia sangat beruntung karena peristiwa itu terjadi ketika rasul Paulus masih ada. Hari ini,
apakah ada yang sedang berhadapan dengan krisis yang akan terjatuh seperti Eutikhus? Kiranya lewat
firman hari ini kita semua hidup kembali secara rohani, menjadi terbangun dan
terang. Dikatakan firman Allah itu hidup (Ibr 4:12, Yoh 5:24). Rasul Paulus menyelamatkannya dalam nama Yesus. Pada orang yang mati, diberikanlah hidup. Orang yang memiliki hidup Tuhan sajalah yang bisa
menghidupkan orang yang
mati. Di sini, ada
arti yang lebih dalam dibandingkan sekedar orang mati yang menjadi hidup, yaitu
ia telah kembali ke kehidupan yang seharusnya (ayat 11). Paulus memecah-mecahkan roti. Ini
menunjuk pada kehidupan yang memperoleh hidup dari
Kristus. Ini sama dengan berpartipasi dalam perjamuan kudus Tuhan. Orang yang memiliki hidup Tuhan
sajalah yang dapat
berpartisipasi (ayat 12). Dikatakan, “Mereka semua merasa sangat
terhibur,” artinya mereka telah memperoleh hidup kekal. Ketika kita terhubung dengan kekuatan hidup dari
Kristus, suara kita menjadi suara injil (2Kor 12:5). Kehidupan kita
haruslah menjadi kehidupan yang menjaga kelangsungan tubuh Yesus yaitu gereja.
Kita haruslah bekerja agar kita memancarkan harum dari hidup Kristus. Kiranya kita semua bangun dari tempat Eutikhus, tempat
dimana kita terjatuh dan kita menjadi jemaat-jemaat kudus yang memberikan hidup
kepada orang-orang yang sedang terjatuh. Amin.