FIRMAN
Khotbah minggu
ISTRI LOT YANG MENJADI
TIANG GARAM
(Kej 19:22-26)
Penghancuran kota Sodom & Gomora pada 4000 tahun lalu adalah
fakta sejarah yang pada hari
ini pun dapat kita temukan bekasnya. Meskipun
istri Lot mendengar
peringatan dari malaikat dan sama-sama
keluar dengan Lot dari kota, ia kehilangan keselamatan tersebut karena ia menoleh ke belakang.
Di Kejadian 19:26 dikatakan bahwa istri Lot menoleh
ke belakang, lalu menjadi tiang garam. Kata ‘menoleh’ adalah ‘nabath’ dalam
bahasa Ibrani yang berarti ‘mengamati dengan seksama atau dengan penuh
perhatian.’ Istri Lot bukannya
menoleh ke belakang hanya karena
penasaran. Meski dia
mengikuti Lot, hatinya tetap ada di kota Sodom. Bagaimana dengan
kita hari ini? Saat kehidupan kita damai dan aman, jika kita hidup dengan menaruh
hati kepada dunia dan tenggelam dalam dunia, bagaimana jadinya? Pembacaan hari
ini memberikan peringatan kepada kita bahwa tanpa bersiap-siap menyambut Tuhan
yang akan datang kembali, kita bisa saja binasa bersama-sama dengan dunia. Dikatakan
di Mazmur 119:15, “Aku hendak merenungkan
titah-titahMu dan mengamat-amati jalan-jalanMu.” kata ‘mengamat-amati’ juga adalah ‘nabath’. Kita
haruslah menjalani kehidupan yang mana hati kita hanya fokus pada Yesus, firman
Allah saja. 1.
Kapankah istri Lot menoleh ke belakang?
Sebelum kota
Sodom dihancurkan, istri Lot telah menjadi tiang garam. Di Kejadian 19:22, dikatakan malaikat tidak dapat berbuat apa-apa
sebelum Lot sampai ke pegunungan. Mereka tidak boleh menoleh ke belakang dan
tidak boleh berhenti dimanapun, bahkan di lembah Yordan karena Allah tidak
hanya hendak untuk menghancurkan Sodom & Gomora saja, tapi juga Adma & Zeboim serta lembah Yordan (English: all the plain =
seluruh dataran) (Ul 29:23, Hos 1:8). Seandainya api belereng turun di belakang
mereka, maka pastilah istri Lot tidak mau menoleh kebelakang. Tapi dia menoleh
ke belakang karena tidak terdengar suara apapun, tidak terdengar tanda-tanda
akan dihancurkan. Maka muncullah keraguan akan perkataan malaikat itu. Pada akhirnya karena ia
ingat hal-hal yang ia tinggalkan di rumah
dan karena ia tidak bisa menahan nafsunya, ia menoleh ke
belakang. Dulu, Lot adalah
orang yang keluar dan terpisahkan dari
dunia dengan mengikuti Abraham. Tapi ia
masih cenderung sekuler, memiliki hasrat dunia dan labil (Kej 13:10-11).
Dan mirip dengan Lot, istri Lot menoleh ke belakang
pada waktu penghakiman Sodom & Gomora. Saat ia menjadi tiang garam, Lot sama
sekali tidak menoleh ke belakang. Ia menahan air matanya dan tetap terus maju. Kehebatan
iman Lot ada disini (Ibr 10:36, 39). Katanya, dari antara binatang, rubah itu
paling sering menoleh ke belakang karena sering curiga. Jika didalam hati kita
ada yang seperti rubah, komunitas gereja yang bagaikan kebun anggur akan rusak.
Maka Alkitab memerintahkan kita untuk menangkap rubah-rubah rohani yang seperti
demikian (Kid 2:15). Kiranya kita tidak menoleh atau mundur, melainkan menjadi
orang yang terus maju setiap harinya dan memiliki iman yang sampai kepada
keselamatan.
2.
Apa kesalahan dari istri Lot?
1)
Ia lupa pada perkataan malaikat,
yaitu ia lupa pada firman Allah. 2
malaikat memerintahkan di Kejadian 19:17 “...janganlah menoleh
ke belakang dan janganlah berhenti di manapun juga di Lembah Yordan...” Kalau lihat naskah aslinya, kata ‘al’ yang
berarti negasi yang sangat kuat 2 kali dipakai. Jadi itu perintah yang sangat
tegas. Karena
gunung yang ditunjuk oleh malaikat Tuhan
itu sangat jauh, Lot meminta agar ia lari sampai ke Zoar saja (Kej 19:18-21). Waktu
itu malaikat mengatakan, “Cepatlah,
larilah ke sana, sebab aku tidak dapat berbuat apa-apa,
sebelum engkau sampai ke sana.” Tapi
istri Lot lupa terhadap firman tersebut yang mengatakan sebelum mereka
tiba di Zoar, kota Sodom tidak akan
dihancurkan. Maka kita
haruslah menjadi orang yang ingat pada firman Tuhan yang telah disampaikan
sejauh ini.
2)
Ia pikir apa yang disampaikan malaikat tidak terjadi sehingga keraguannya muncul.
Hasilnya, muncullah pikiran tentang
hal-hal yang ia tinggalkan di rumahnya. Ia menerima firman Tuhan dengan pikiran
manusia. Istri Lot ragu pada firman Tuhan dan tidak percaya. Kita harus
menyadari bahwa firman Tuhan adalah perjanjian yang kekal dan pasti digenapi
(Yes 55:11, Gal 6:7). Perjanjian Suluh
yang
diberikan pada tahun 2082 SM, telah digenapi di tahun
1390 SM. 692 tahun setelah dijanjikan, janji tersebut
digenapi saat tulang Yusuf dikuburkan di Sikhem. Hari ini pun, kita
tidak boleh menjadi orang yang
ragu dan menganggap enteng firman Tuhan (Gal. 6:
7).
Tetapi istri Lot, karena
penghakimannya tidak langsung terjadi, padanya
timbullah keraguan terhadap firman. Misalnya, ada yang
berpikir apakah aku harus menjaga hari Tuhan atau sekali-kali bolos. Sewaktu
bolos, ternyata tidak terjadi masalah. Pada akhirnya, ia bolos 2x, 3x dan terus
bolos. Tapi disaat itu, sebenarnya ia sedang menjadi tiang garam (Ams 14: 9a). Bagaimanakah garam dibuat? Harus dikeringkan dengan sinar matahari
yang panas, dipadatkan lalu menjadi keras. Maka kia haruslah waspada, karena
hati kitapun bisa menjadi mati rasa dan keras karena kebiasaan dosa dan
ketidak-taatan pada firman Tuhan. Garam itu dibuat dari
laut, dan di
Wahyu 17: 15, dunia yang telah meninggalkan Allah
disimbolkan sebagai laut. Maka kita haruslah
takut, bahwa jika kita tidak menjalani kehidupan yang taat sesuai
firman Allah maka kita bisa menjadi tiang garam seperti istri Lot. Kesimpulan: Kita janganlah
menjadi orang yang percaya tetapi tertinggal di tengah-tengah seperti istri
Lot. Meskipun akhir zaman datang,
bagi orang yang mempersiapkan
firman, percaya dan taat, maka tidak
akan ada kecemasan. Ingatlah bahwa jika kita mengasihi dunia,
maka kita akan menoleh ke belakang dan
roh hati kita akan menjadi dungu. Tidak lama lagi akan datang penghancuran
dunia dan akhir zaman. Meskipun sekarang tidakkelihatan gejala apapun, percayalah sampai akhir dan
terus maju (Kej 19:23). Jika tadinya itu merupakan
matahari penghakiman, tapi sekarang itu adalah
matahari berkat. Kiranya firman Yesus Kristus yang
adalah matahari kebenaran bisa terbit di siang bolong di hati saudara. Kiranya Tuhan
memberkati agar saudara
semua menjadi orang-orang
kudus yang diberkati dan yang berharga yang
menjalani hidup dimana matahari terbit, yaitu hidup dengan
mengikuti firman. Amin.