FIRMAN
Khotbah minggu
SUPAYA TETAP HIDUP MENURUT JALAN YANG DITUNJUKKAN TUHAN
[Kej 18:18-19, Ul
6:1-9]
Kalau melihat pembacaan hari ini,
dikatakan tentang alasan mengapa Allah memilih Abraham adalah supaya keturunannya
tetap hidup menurut jalan, yaitu firman Allah sehingga melakukan kebenaran dan
keadilan.
Dengan kata lain, hari ini, kita disuruh untuk menjadikan orang-orang, dimulai dari keluarga sebagai murid kita, dengan
mengajarkan mereka. Apakah satuan
masyarakat dan induk dari sebuah negara? Apa dasar dari terwujudnya sejarah? Itu adalah rumah tangga. Bukankah rumah tangga-rumah tangga
dikumpulkan itu menjadi masyarakat dan negara. Maka jika rumah tangga jatuh
dosa dan korup, maka negeri itu tidak ada
harapannya.
Apa
kesuksesan tertinggi yang manusia dapat raih?
Itu adalah rumah tangga yang bahagia. Perempuan harus hidup dengan menopang
laki-laki, seperti melayani Allah, meskipun laki-laki bukanlah
Allah.
Serta laki-laki harus mengasihi
perempuan seperti tubuhnya sendiri. Perempuan bukanlah
budak/hamba bagi laki-laki (Ef 5:28).
Kalau begitu, untuk membentuk rumah tangga yang bahagia,
apa yang harus dilakukan? Kita harus mengajarkan firman Tuhan
kepada anak-anak. Anak-anak
yang tidak dididik dengan firman, hati mereka lama kelamaan
membusuk, menjadi angkuh dan sombong, mengabaikan orang lain, serta
akhlaknya tidak terbentuk. Lihatlah di zaman Nuh, meskipun Allah telah menyatakan penghakiman air, tidak ada yang
mendengarkan.
Pada akhirnya hanya 8 anggota
keluarga Nuh yaitu keturunan saleh sajalah yang dapat selamat (Kej 6-9, 2
Pet 3:5).
2600 tahun yang lalu lewat nabi Yeremia, Allah berfirman, “...Aku akan menjadi Allah segala kaum keluarga Israel dan mereka akan menjadi
umat-Ku
(Yer 31:1b).” Allah akan menjadi Allah kaum keluarga
Israel, Allah atas setiap rumah tangga orang Israel. Tuhan yang adalah Allah kaum keluarga
Israel menjadi Bapa kita dan kita adalah anak-anak-Nya.
Kalau lihat
sejarah, bangsa yang berpaling dari firman Tuhan untuk sementara bisa saja berkembang dan makmur, tapi segera akan hancur binasa. Kalau lihat
Ulangan 6:1-6, kepada generasi kedua di padang gurun yang sebentar lagi akan masuk ke Kanaan,
apa yang Musa tekankan? “Ajarilah anak-anakmu dengan rajin.” Anak-anak juga harus melayani orang tua dengan baik. Kalau lihat Alkitab, jika terus menyaut kepada orang tua, maka
dikatakan matanya akan dicungkil oleh gagak lembah atau anak rajawali (Ams
30:17).
Apa yang harus kita tinggalkan bagi anak-anak kita? Jika ada
harapan yang bisa kita sampaikan, itu adalah, “Takutlah hanya kepada Allah, kasihilah
sesamamu seperti tubuhmu sendiri, anggaplah orang lain lebih baik daripadamu, janganlah
mencari keuntungan sendiri, pikirkanlah keuntungan orang lain.” Jika kita mengajarkan anak-anak seperti ini, rumah tangga sama sekali tidak
akan hancur binasa. Dikatakan bahwa takut akan Allah adalah dasar dari hikmat dan pengetahuan (Ams 1:7-9, 9:10). Jika anak-anak kita mengasihi Allah dan takut akan Allah, maka mereka dengan sendirinya akan
menjauhkan diri dari kejahatan. Serta mereka tidak akan memikirkan pikiran
yang buruk dan hawa nafsu akan hilang (Ayb 28:28, Pkh 12:13, Mzm
111:10, Ams 3:7, Mzm 128:1, Ams 22:4).
Supaya kita dapat menaruh harapan pada anak-anak kita, yang akan
memimpin generasi berikutnya, apa yang harus kita lakukan? Kita disuruh untuk rajin mengajarkan
firman kepada anak-anak kita berulang-ulang. Inilah
perintah Allah (Ul 6:7). Alkitab itu lebih dari universitas.
Alkitab adalah dasar dari pengetahun. Di PB, Lois nenek Timotius dan Eunike ibunya mengajarkan Timotius dengan air mata. Mereka mengajari
Timotius sejak kecil. Di kemudian hari, pujian apa yang diberikan Paulus kepada Timotius? “Hai Timotius, dengan air mata ibumu dan nenekmu membesarkan dan membinamu dengan firman. Maka
kepribadianmu terbentuk dengan baik seperti ini
(2Tim 1:5).” Di Alkitab
dikatakan bahwa jika anak tidak mendengarkan orang tua, mereka disuruh untuk
dipukul dengan rotan. Amsal 13:24, “Siapa tidak
menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tapi siapa mengasihi anaknya,
menghajar dia pada waktunya.” Amsal 19:18, “Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau
menginginkan kematiannya.”
Anak tidak boleh dipukul sebagai pelampiasan, dengan emosi. Amsal 29:15, “Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tapi
anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya.” Di sini, ungkapan
'dibiarkan' dalam naskah aslinya berarti tanpa pagar, atau ternak yang dibiarkan
liar tanpa batasan. Jika babi, kuda atau sapi dibesarkan tanpa pagar, ia akan
menjadi semena-mena. Tapi dikatakan bahwa jika tidak di rotan, di kemudian hari ia akan menjadi sumber
kecemasan bagi orang tua. Dikatakan di Alkitab bahwa anak tersebut akan mempermalukan orang
tua, bahkan menjadi bencana bagi
orang tua. Amsal 19:13, “Anak bebal adalah bencana bagi ayahnya dan pertengkaran seorang isteri adalah seperti tiris yang tidak henti-hentinya
menitik”
(Ref. Ams 10:1, 17:21).
Kita menyambut bulan rumah tangga, bulan yang kelima. Kiranya
kita menjadikan
Allah sebagai kepala rumah tangga kita. Saudara haruslah
berdoa dengan menaruh nama anak saudara di hadapan Allah dan mendidik mereka
dengan firman. Dengan begitu Allah akan mengadakan pekerjaan yang besar sehingga ketika umur dan tingginya bertambah, iman dan hikmat mereka pun akan bertambah. Pada akhirnya mereka akan menjadi anak yang bagaikan
mutiara bagi diri mereka maupun bagi rumah tangga. Lebih lagi, percayalah bahwa mereka akan menjadi mutiara bagi
gereja dan juga akan berjasa
besar bagi bangsa dan negara.
Amsal 17:25, “Anak yang bebal menyakiti
hati ayahnya dan memedihkan hati ibunya.” Amsal 29:17, “Didiklah anakmu, maka ia akan
memberikan ketenteraman kepadamu dan mendatangkan
sukacita kepadamu.”
Saya harap saudara mendidik anak-anak dengan baik, dengan Firman
Tuhan.
Sebelum kita mengajarkan anak dengan
materi, dengan cara-cara duniawi, kita harus membuat mereka hanya takut akan
Allah dan menjalani kehidupan gereja dengan baik. Saya
harap agar saudara percaya bahwa jika demikian, maka lewat mereka, pekerjaan yang
diberkati akan terjadi, lebih dari ekspektasi orang tua. Amin.