FIRMAN
Khotbah minggu
[06-Dec-2015] Akan Mengejar Hal yang Kekal di Waktu yang Tersisa
Views 44020 Votes 0 2015.12.13 23:07:11Akan Mengejar Hal yang Kekal di Waktu yang Tersisa
[1Pet 4:1-11; Maz 90:9-12]
Alkitab mengajarkan kita untuk menjadi orang yang menghasilkan buah (Rom 7:4, 2Kor 9:10, Fil 1:11, Yak 3:17-18, Kol 1:6, Tit 3:14, 2Ptr 1:8, Ibr 12:11, Yoh 15:16, 1Pet 4:3). Hikmat yang terbesar bagi manusia adalah hal menjalani hidup menurut kehendak Allah dan menyadari waktu yang tersisa (1Pet 4:2). Mari kita renungkan bagaimana kita harus hidup di waktu yang tersisa agar kehidupan kita menjadi kehidupan yang berbuah.
1. Kita harus menjalani hidup yang menguasai diri dan menjadi tenang.
Di 1Petrus 4:7 ada ungkapan ‘kesudahan segala sesuatu sudah dekat.’ Maka agar kita bisa menghasilkan buah di akhir zaman ini, kita haruslah menguasai diri dan menjadi tenang. Bagaimanakah kehidupan yang sadar dan mengontrol diri?
1) Hal kita menjalani kehidupan yang berdoa. ‘Kuasailah dirimu’ atau ‘sadar’ menunjukkan dalam situasi apapun, kita harus memikirkan Allah. ‘Kuasailah dirimu’ dalam bahasa Yunani sophroneo yang artinya sehatkan, utuhkan atau milikilah hati yang serius dan waspada. Jika kehilangan kesadaran, kita tidak datang ibadah, tidak berdoa, tidak bernyanyi pujian maupun menginjil. Hanya disaat kita sadar dan mengontrol diri sajalah kita bisa membangun hubungan yang baik dengan Allah.
2) Hal kita hidup dengan mengetahui fakta tentang adanya akhir zaman. Rasul Paulus mengakui bahwa ‘kematianku sudah dekat’, dalam naskah aslinya ‘waktu keberangkatanku sudah dekat’ (2Tim 4:6). Jika ingin menjalani kehidupan yang sadar dan mengontrol diri, maka kita harus hidup dengan selalu mengingat akhir zaman. Henokh keturunan ketujuh Adam, mulai menjalani kehidupan yang penuh kesadaran akhir zaman setelah memperanakkan Metusalah sehingga ia diubah. Nuhpun hidup dengan iman sambil memandang akhir zaman sehingga ia dapat menyelesaikan bahtera.
2. Kita haruslah saling mengasihi dengan sungguh-sungguh.
Di 1Petrus 4:8a, ‘yang terutama’ dalam bahasa Yunani adalah propos yang berarti prioritas, mengedepankannya dari segala urusan atau sebelum segala urusan. Jadi yang harus kita prioritaskan adalah hal saling mengasihi dengan sungguh-sungguh seorang akan yang lain. Sebelum memikul salib, Yesus memberikan perintah baru untuk saling mengasihi (Yoh 13:34-35). Ketika kita saling mengasihi satu sama lain, barulah kita bisa menyempurnakan hukum taurat (Mat 22:36-40).
1) Ketika kita mengasihi seorang akan yang lain, maka banyak sekali dosa dapat ditutupi. Petrus telah menyangkal Yesus 3 kali, namun Yesus mengampuninya seperti demikian. Dengan menyadari kasih Yesus yang demikian, ia berkata ‘sebab kasih menutup banyak sekali dosa’ (1Pet 4:8b, Rom 3:25). Jika mengasihi, maka banyak sekali dosa akan tidak terlihat dan sisi yang gelap pun tidak akan terlihat (1Pet 4:8, 1Kor 13:7, Yak 5:20, 1Yoh 2:10-11). Alasan setan tidak bisa mengasihi karena kasih hanya dimiliki Allah (1Yoh 4:8). Dikatakan bahwa ‘kasih menjadi dingin’ adalah sebuah gejala dari akhir zaman (Mat 24:12, Rom 1:31, 2Tim 3:3). Maka kita semua bisa saling mengasihi dan bisa mengakar pada kasih (1Pet 4:8, Ef 3:17).
2) Mengasihi seorang akan yang lain berarti kita mengasihi seperti Tuhan mengasihi kita. Di Yohanes 13:34, ungkapan ‘sama seperti Aku telah mengasihi kamu’ menunjuk kepada kasih yang seperti apa? Sebelum Yesus mengatakan firman ini, dalam rupa pelayanan, Yesus mengasihi murid-murid dengan membasuh kaki mereka dan Ia menegaskan kasih-Nya dengan bahkan mati di salib (Yoh 13:4-17, Rom 5:8). Alkitab berkata bahwa Ia mengasihi mereka sampai kesudahannya (Yoh 13:1). Seperti Yesus, kitapun harus saling merendahkan diri, saling melayani dan mengasihi satu sama lain. Kasih Yesus tidak ada syarat, kasih yang terlebih dahulu (1Yoh 4:10-11). Tanpa kasih itu, kita tidak bisa mengenal Allah, dan tidak bisa bertemu kembali dengan Tuhan yg akan datang kembali (Yoh 1335).
3. Kita haruslah menjalani kehidupan yang melayani sebagi pengurus yang baik.
Di 1Petrus 4:10) dikatakan ‘Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.” Dikatakan bahwa kita melayani bukan dengan kemampuan kita melainkan dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah (1Pet 4:11a). Kenapa? Karena semuanya milik Allah (1Taw 29:14, Hag 2:8, Mzm 24:1, 1Tim 6:10, 17, Ams 23:5, Mat 13:22, Mzm 39:5-6, 1Kor 7:31, Yak 4:14, Mzm 89:47, 90:4). Kita haruslah mengosongkan diri dan menjadi hamba kristus. Ketika kita menjadi hamba-hamba Kristus, barulah kita akan bisa saling melayani (Gal 5:13, Pkh 1:2-3, 1Kor 15:58). Hanya ketika kita maju ke hadapan Allah dengan usaha dan jerih payah sajalah, Allah akan membalas kepada kita upah sesuai dengan jerih payah kita (Why 22:12).
Kesimpulan:
Di Yudas 1:12 ada ungkapan ‘pohon-pohon yang dalam musim gugur tidak menghasilkan buah.’ Di zaman sekarang ini, ketika kesudahan dari segala sesuatu sudah mendekat, kita tidak boleh menjalani kehidupan yang sia-sia seperti daun yang berguguran. Kiranya kita dapat menjalani kehidupan yang menghasilkan buah yang dapat berkenan pada Tuhan. Untuk itu, kita harus hidup di waktu yang tersisa pertama, lewat doa, kedua menjalani kehidupan yang saling mengasihi dan ketiga menjalani kehidupan yang melayani dan berjerih payah dihadapan Tuhan. Amin.