FIRMAN
Khotbah minggu
SEJARAH PEMULIHAN TABUT (1)
(1Sam 4:1-11)
Dalam sejarah, ada saat
dimana tabut Allah ini dirampas ke bangsa kafir. Zaman hakim-hakim, tahun
1390–1050 SM, disebut sebagai masa kegelapan rohani. Ini adalah zaman di mana
imam Eli beraktivitas dan tahun ketika tabut perjanjian dirampas oleh orang
Filistin adalah di 1102 SM. Setelah tabut perjanjian dirampas, tabut perjanjian
dan kemah suci terpisah selama sekitar 100 tahun dan 4 bulan. Setelah itu
ditemukan kembali oleh raja Daud. Hari ini, mari merenungkan alasan tabut perjanjian
Allah dirampas dan proses sampai tabut tersebut ditemukan kembali.
Ketika zaman hakim-hakim selesai dan
masuk ke zaman Daud, ada 2 hal yang harus kita perhatikan, yang pertama: Aktivitas
nabi Samuel yang
telah berperan sebagai
penyambung zaman hakim-hakim
dan zaman Daud. Ketika perang Afek
terjadi dan tabut perjanjian dirampas, umur Samuel 30 tahun (1Sam 3:20). Ini
adalah waktu ketika seluruh umat Israel secara resmi mengakui Samuel sebagai
nabi Allah. Kedua, proses
dimana kerajaan Allah mengalahkan kegelapan rohani melalui pemindahan tabut
hukum. 1.
Dirampasnya
tabut perjanjian.
Pada gelombang pertama peperangan di
Afek, 4000 pasukan Israel mati. Waktu itu para tua-tua Israel berkata “Mengapa
TUHAN membuat kita
terpukul kalah oleh orang
Filistin pada
hari ini? (1Sam 4:3-4). Kata ‘mengapa’ di sini
menunjukkan bahwa mereka menganggap penyebab kekalahan mereka adalah Tuhan,
padahal perang ada di tangan Tuhan (1Sam 17:48). Kesimpulan mereka adalah kekalahan
mereka adalah karena tidak disertai tabut hukum (1Sam 4:3-4). Sebenarnya
penyebab kekalahan perang adalah karena dosa dan kejahatan mereka. Seperti itu, alasannya orang-orang kudus gagal baik dalam hal-hal dunia maupun
rohani itu karena perbuatan dosa kita. Dalam penaklukan kota Ai, Israel
dikalahkan karena perbuatan dosa Akhan. Di 1Samuel 4:3, kata ‘kita’ muncul sebanyak 5 kali. Jadi tokoh utama dalam peperangan adalah kita. Sedangkan kata ‘Tuhan’ hanya muncul 2 kali. Tingkatan
iman mereka hanya sebatas menggunakan Allah untuk memenuhi hawa nafsu tanpa
menyambut Allah di hati mereka. Hasil dari perang kedua dengan membawa tabut
Allah adalah 30 ribu orang mati (1Sam 4:10). Peristiwa ini menunjukkan
terpisahnya iman dari kehidupan mereka. Mereka menganggap tabut hukum sebagai
jimat. Tabut perjanjian sebenarnya hanyalah simbol dari hadirat Allah, bukan
wujud aslinya. Allah adalah Roh, Ia adalah sosok yang tidak kelihatan. Sambil
umat Israel beribadah kepada Allah lewat tabut hukum, mereka diperkenankan
untuk menyambut Yesus yang adalah tabut hukum rohaniah yang kekal di kemudian
hari. Namun saat itu umat Israel lebih bersandar kepada tabut hukum yang hanya
merupakan simbol hadirat Allah. Dulu, ketika umat Israel kalah menaklukkan kota Ai, waktu itu mereka bersujud dihadapan
tabut Allah dan bertobat sampai senja (Yos 7:6b). Tapi dalam perang Afek, iman mereka adalah iman asal
memiliki tabut hukum pasti menang. Iman mereka iman yang percaya mitos. Kita
pun, setelah lama menjalani kehidupan beriman, ada saat-saat dimana kita bisa
seperti demikian. Kita harus tahu bahwa penyebab kekalahan bukanlah dari luar,
tapi ada pada diri kita sendiri. Saat tabut hukum dirampas, istri Pinehas yang
sedang bersalin menamai anak lelakinya Ikabot yang berarti kemuliaan Allah
Israel telah lenyap (1sam 4:17-22). Karena Israel dikalahkan oleh Filistin dan
tabut hukum direbut, seluruh Israel diliputi dengan kegelapan. 2. Tabut Perjanjian berdiam di wilayah Filistin.
1)
Asdod. Di Asdod terdapat kuil
dagon. Dagon
adalah
patung dewa yang memiliki kepala ikan dan tubuhnya manusia. Maka mereka
menyembah patung dewa ikan. Tabut hukum diletakkan di kuil penyembahan dagon
(1Sam 5:1-8). Hasilnya, kepala dagon
dan pergelangan tangannya terpotong. Terpotongnya kepala berarti dewa itu tidak
ada pikiran dan pengetahuannya. Pergelangan tangannya terpotong menunjukkan
ketidakberdayaannya. Peristiwa ini menujukkan bahwa dewa dunia hanyalah sosok yang
tidak berdaya di hadapan Allah. Selain itu, lewat tabut hukum, tulah barah
yang
buruk terjadi di Filistin.
2)
Gad. Di Gad, dari orang-orang
kecil sampai pembesar-pembesar
mati terbunuh. Semua penduduk Gad
menderita kesengsaraan
(1Sam 5:9-12). Lalu mereka mengirim tabut kembali ke Egron.
3)
Ekron. Tabut hukum membawa
musibah ke kota-kota
utama di Filistin. Bagi mereka, tabut Allah telah menjadi beban pikiran (1Sam 5:10). Pada akhirnya di seluruh kota Ekron, ketidakpuasan
meledak.
Lalu mereka memasangkan 2
lembu betina yang menyusui, yang belum pernah memikul beban ke kereta. Kedua lembu tersebut pergi mengendalikan
nalurinya untuk menyusui anaknya. Lalu terjadi hal yang mengherankan ini yang menunjukkan
bahwa hal itu benar-benar pekerjaan Allah. Tabut hukum Allah sampai di
Bet-Syemes. Jadi 7 bulan lamanya
tabut berada di Filistin
yaitu Asdod, Gad dan Ekron (1sam 6:1-2).
4)
Bet Syemes. Di Bet-Syemes, umat Israel
bersukacita karena tabut
hukum datang, sehingga mereka mempersembahkan korban bakaran kepada Allah. Namun terjadilah
peristiwa di mana orang-orang Bet-Syemes membuka tabut
hukum Allah dan melihat ke dalamnya,
sehingga 70 orang mati. Orang-orang yang tinggal di Bet-Syemes adalah orang-orang Lewi (Yos 21:13-16). Tetapi di
Bilangan 4:17-20
dikatakan untuk
jangan melihat ke dalam tabut hukum, kalau melihat akan mati. Tapi mereka melihat ke
dalam tabut hukum. Disini kita harus sadar bahwa Allah ingin menjadi obyek
penyembahan dan bukan obyek penasaran atau tontonan manusia. Orang-orang Bet-Syemes melihat ke
dalam tabut hukum bukan untuk menyembah Allah tapi karena penasaran isi di
dalam tabut hukum. Tabut hukum adalah gambaran kecil dari Allah. Tabut yang
dibuat dari kayu kotak persegi 4 itu sendiri bukanlah Allah. Orang-orang Bet-Syemes berpikir
bahwa mereka telah mengenal Allah dengan pengetahuan yang mereka miliki dan sedikit
pengalaman yang mereka alami. Akhirnya mereka menjadi orang yang tidak layak
untuk menerima firman Allah (kepada mereka yang demikian, kesadaran yang sejati
tidak diberikan).
Ada banyak orang yang
menjalani kehidupan iman seperti demikian. Orang yang menerima firman menjadi
sombong dengan berpikir tahu segalanya. Di Lukas 3:23 dikatakan “menurut anggapan orang, Ia
adalah anak Yusuf.” Bagi mereka, kesadaran yang lain selain Ia adalah anak Yusuf tidak
dapat masuk ke dalam mereka. Seperti tabut hukum yang hina, jika manusia
melihat ke dalamnya dengan mata jasmani, manusia akan kecewa. Keberadaan Allah
yang telah digambarkan lewat tabut hukum di PL telah tampak secara nyata dengan
menjelma menjadi manusia, itu adalah Yesus (tabut hukum adalah simbol, dan di
PB, Allah yang sesungguhnya datang). Kejadian yang terjadi di Bet-Syemes memberitahukan
fakta bahwa kita tidak boleh salah mengira bahwa dengan pengetahuan yang
sedikit, kita telah tahu semuanya. Alasan kita tetap harus pergi dengan memegang
firman sampai akhir adalah supaya kita tidak menjadi seperti orang-orang
Bet-Syemes. Hari ini, Tuhan mempercayakan tugas penyebaran firman sejarah penebusan
kepada kita bukan agar kita menjadi penonton dengan penasaran, tapi Tuhan mau
kita menjadi aktor utama dalam pekerjaan tersebut. Amin.