FIRMAN

Khotbah minggu

Home > Firman > Khotbah Minggu
7 Hari dalam Seminggu yang Tidak Terhentikan dari sejak Pada Mulanya sampai Akhir Zaman
Kej 2:1-3, Kel 31:12-17

Kalau kita hanya melihat pada judul Firman hari ini saja, maka kita dapat menemukan pemeliharaan  waktu yang ajaib dan misterius dari Allah, yaitu fakta bahwa dari sejak pada mulanya sampai akhir zaman, satu minggu (Senin s/d Minggu)  merupakan sebuah perputaran yang tiada  hentinya. Melalui kehendak 7 hari, ada rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari keturunan ke keturunan.

Kalendar yang kita gunakan sekarang adalah kalendar Gregori. Tahun ke-13, Paus Gregorius (Katolik) dan banyak ahli perbintangan dan orang-orang terpelajar membuat kalendar. Tetapi kalendar sampai hari ini tetap saja ada kesalahan. Tetapi Alkitab yang berkata bahwa “Jagalah dengan kudus hari Sabat” yaitu hari ke-7, ini tidak ada kesalahan sama sekali dan tidak berubah walaupun keadaan zaman berubah.

I.    Hal menjaga hari Minggu dianggap berharga sama seperti halnya hidup.
Umat Israel menjalani kehidupan sebagai tawanan di Babel, melalui nabi Nehemia, Allah berkata bahwa itu dikarenakan dosa karena tidak menjaga hari Sabat yang kudus. Di PL, orang yang tidak menjaga hari Sabat dengan alasan apapun juga harus mati dilontari dengan batu (Bil 15:32-36, Kel 31:14-16). Dan sekarang kita hidup di zaman kasih karunia karena Tuan atas hari sabat itu adalah Tuhan kita. Lukas 6:5 berkata, “Anak Manusia adalah Tuhan (bahasa asli: Tuan) atas hari Sabat.” Maka walaupun kita sekarang hidup di zaman kasih karunia, tapi jika kita percaya Yesus dengan baik, otomatis kita akan lebih lagi menjaga hari Minggu daripada di zaman hukum Taurat. Tapi karena kita tidak percaya Yesus dengan baik, maka baik itu hukum Taurat di PL maupun perintah Yesus kita tidak menjaganya dengan baik. Di Kejadian 2:3, Allah memberkati hari itu dan menguduskannya, yaitu menjadikan hari yang kudus, hari yang dibedakan dari dunia. Karena itulah orang yang menajiskan hari itu harus dibunuh (Kel 31:14).

II.    Hal menentukan hari ke-7 adalah untuk manusia bertemu dengan Allah disana.
Di Yesaya 38:13-14 dikatakan bahwa hari Sabat yaitu hari Minggu adalah hari Kudus, hari yang dibedakan dengan Kudus dan kita tidak boleh berkata-kata semau kita saja. Di Kejadian pasal 1, hanya dikatakan ‘Aku melihat bahwa itu baik,’ tapi tidak ada ungkapan ‘kudus atau menguduskan.’ Jadi berkat itu tidak diberikan ‘kepada orang’ tetapi berkat itu diberikan kepada ‘hari itu’ dan juga hari itu, ketujuhlah yang dikuduskan. Dan juga dikatakan bahwa Allah masuk ke dalam hari tersebut dan berhenti (kata ‘berhenti’ bahasa asli adalah istirahat). Allah mengajak kita manusia untuk bertemu dengan-Nya yaitu pada hari ketujuh. Jadi kita diajak untuk bergabung yaitu 6 hari dunia dan hari ke 7 digabung, maka berkat sorga dan berkat bumi akan menjadi satu. Allah terlebih dulu istirahat kemudian mengajak manusia untuk masuk kedalamnya. Maka jika berkat 6 hari dan berkat hari ke-7 digabung, betapa baiknya bukan? Yaitu berkat dimana manusia menjadi damai dengan Allah. Di PL, alasan Allah harus menghukum mati orang yang melanggar hari Sabat adalah karena manusia tidak mendengarkannya.

Bagaimana caranya agar kita bisa menjadi satu dengan Allah? Kita memang menerima berkat selama 6 hari di dunia, tetapi itu semua tidak memberikan kebahagiaan. Oleh karena itu Tuhan Allah menguduskan hari yaitu hari Minggu dan memberikan kebahagiaan pada hari tersebut. Dan untuk memberikan hari  itu kepada manusia, maka Allah melakukan dengan begitu kerasnya. Ini sama dengan firman di Amos 4:6-10, dimana pertanian umat Israel tidak bagus karena Allahlah yang membuat semuanya itu. Allah membuat hujan tidak turun dan ulat-ulat memakan daun-daun dan ketika buahnya sedang matang, datanglah angin topan dan buahnyapun jatuh. Semuanya adalah  untuk menyadarkan umat Israel. Sama seperti ini, manusia harus menjaga hari Sabat karena ada kehendak yang besar yang mana didalamnya terkandung sebuah rahasia yang luar biasa.

III.    Tuan atas hari ketujuh adalah Yesus, Anak Manusia.
Kata Minggu  ditulisnya Sibuah. Kata ini berasal dari kata Seba, yang berarti tujuh. Tujuh hari dalam seminggu ini dimulai dari Kejadian 2:1-3 yaitu muncul dari “berfirmanlah Allah.” Semenjak penciptaan langit dan bumi, hari Sabat dari Allah adalah hari Sabtu. Dikatakan Allah, “Ingatlah hari ini dan jagalah dengan kudus, maka akan Kuberikan berkat.” Tetapi semua orang berkata bahwa mereka tidak mau berkat itu karena mereka ada urusan yang harus diselesaikan dan tidak bisa pergi ke gereja. Di Yes 58:13-14 Allah berfirman jika manusia menjaga hari Sabat dengan baik, maka akan diberikan milik pusaka Yakub. Milik pusaka Yakub adalah hal yang lebih banyak daripada semua harta dari penciptaan Adam sampai hari akhir. Meskipun dikatakan akan diberikan, tetapi manusia tidak ada perhatian dan tidak melihat bahkan tidak mau tahu. Hanya Yesus saja yang mengingatnya. Maka setelah Yesus datang ke bumi ini, Dia berkata, “Akulah Tuhan (Lord/Tuan) atas hari sabat (Luk 6:5).” Allah berfirman bahwa kalian harus menjaga hari ke-7 yaitu hari Sabat tanpa melakukan sesuatu apapun.  Tetapi Allah yang beristirahat itu, setelah Dia datang, Dia pergi berkeliling dan bekerja. Umat Israel yang melihat itu menjadi salah paham atas diri Yesus. Yesus berkata di Luk 14:5 bahwa jika binatang jatuh ke dalam sumur, bukankah majikannya akan menariknya keluar? Seperti itu, semenjak Adam berbuat dosa, hari Sabat telah rusak, maka Tuhan tidak bisa beristirahat, tapi Dia terus berusaha untuk mencari hari Sabat yang seperti demikian itu (Yoh 5:17). Tetapi manusia hanya terikat pada hal yang hurufiah saja. Kita haruslah menjaga hari Sabat karena pada hari Sabat Allah berfirman. Dan jika kita tidak menjaga hari Sabat, kita sama sekali tidak bisa mengenal Allah.

Kesimpulan:
Di zaman PL, hari Sabat (hari Sabtu) adalah hari terakhir dari 1 minggu, hari dimana penciptaan diselesaikan. Sedangkan hari Minggu di PB adalah hari kemenangan dengan melewati kebangkitan, yaitu hari pertama dari 1 minggu. Kita harus menyadari bahwa hari ini adalah hari dimana pekerjaan penebusan itu  digenapi. Maka kita harus menjaga hari Minggu, barulah kita dapat bekerja selama 6 hari. Jadi untuk bekerja selama 6 hari, kita haruslah menjaga hari Minggu. Sebagai anak-anak Allah kita tidak boleh kehilangan hak khusus ini dan kiranya semua bisa menjadi orang-orang kudus yang senantiasa memuliakan Allah Bapa kita. Amin.
List of Articles
No. Subject Date Views
3 Hanya Alkitab, Firman Tuhan Sajalah Rambu menuju Sukses di Tahun 2012 May 20, 2012 87045
2 Larilah Begitu Rupa May 20, 2012 85876
» 7 Hari dalam Seminggu yang Tidak Terhentikan dari sejak Pada Mulanya sampai Akhir Zaman May 13, 2012 85747
XE Login