FIRMAN

Khotbah minggu

Home > Firman > Khotbah Minggu

Mari Menuai Kehidupan Rohani dengan Baik

(Wahyu 14:4)



Hari raya pengucapan syukur dimulai di AS sejak tahun 1621. Waktu itu untuk menghindari tekanan dari gereja Inggris yaitu gereja Anglikan, kaum Puritan (Calvinisme) menaiki kapal bernama May Flower dan berlayar 2 bulan dari Inggris dan tiba di Amerika. Setibanya mereka disana, kehidupan mereka tidaklah menjadi mudah. Terjangkit penyakit endemik dan kedinginan di musim dingin, sehingga setengahnya yaitu 47 orang mati. Mereka yang bisa melewati waktu yang melelahkan itu, bersyukur di hadapan Allah atas hasil panen pada tahun pertama dan merayakannya lalu menjadikannya sebagai hari raya pengucapan syukur. 


Di Alkitab, hari raya pengucapan syukur berdasarkan pada hari raya pondok daun (hari raya pengumpulan hasil), yaitu salah satu dari 3 hari raya besar yang telah ditetapkan oleh Allah (Ul 16:16). Hari raya pengumpulan hasil adalah hari raya untuk mengucap syukur pada Allah setelah berakhirnya masa bercocok tanam di akhir musim gugur. Kaum Puritan ini, mereka bersyukur pada Allah yang selama 1 tahun telah mengijinkan mereka sehingga bisa menuai hasil. Mereka mentaati firman yang memerintahkan untuk menjaga hari raya pengumpulan hasil. Maka dari itu, hari raya pengucapan syukur haruslah menjadi hari raya yang dijaga di hadapan Allah dan merupakan hari raya yang menghitung keseluruhan kasih karunia yang telah diterima selama 1 tahun. Di Alkitab Allah sering menggunakan perumpamaan tentang penuaian. Khususnya ketika mengumpamakan akhir zaman, banyak menggunakan perumpamaan tentang penuaian (Mat 13, Mar 4). Khususnya jika melihat di Wahyu 14:14-18 dikatakan bahwa di saat penghakiman terakhir Yesus yang akan datang kembali membawa sebilah sabit tajam dan mengumpulkan hasil tuaian. Oleh karena itu, dari sudut pandang Alkitab, penuaian harus dilihat dan dihubungkan dengan penuaian rohani. 


Di waktu ini, kita menyambut hari raya pengucapan syukur dan melalui rupa dari waktu menuai kita akan berbagi kasih karunia tentang rupa seperti apa yang harus kita mililki pada saat waktu penuaian rohani.


1) Waktu menuai adalah waktu sukacita.

Panen dari sukacita adalah hak khusus yang bisa dinikmati jika mengusahakan ladang dengan rajin dan berusaha keras dengan meneteskan keringat. Maka, bagi orang yang malas dan tidak bekerja dengan rajin saat mengusahakan ladang, waktu menuai membuat mereka tidak bersukacita tapi hanya merasa kecewa dan khawatir. Begitu pula, jika waktu menuai di akhir zaman tiba, bagi orang kudus yang percaya pada Allah, waktu menuai ini menjadi pesta sukacita terbesar, di saat tidak ada hal lain lagi yang diharapkan. Namun, bagi orang-orang yang tidak bisa percaya pada Allah dan malas pada pekerjaan Tuhan, waktu menuai terakhir ini menjadi waktu kekecewaan dan waktu penghakiman. 2Timotius 4:7-8 adalah pengakuan rasul Paulus. Betapa ia penuh dengan buah iman ketika waktu menuai dalam kehidupannya. Orang-orang yang rasul Paulus injili adalah buah-buah imannya (Fil 4:1) dan ini merupakan pengakuan yang meyakini dengan iman bahwa mereka adalah gandum-gandum kerajaan sorga. Rasul paulus adalah orang yang menikmati kepenuhan sukacita atas penuaian rohani dalam hidupnya yaitu penuaian jiwa yang ia lakukan dengan sangat baik.


2) Waktu menuai adalah waktu untuk ubah.

Jika tiba waktu menuai, benih-benih yang awalnya ditanam di dalam tanah, berubah total dan menjadi buah. Kehidupan kita pun sama. Buah yang bertumbuh dengan iman akan kuat. Buah yang bertumbuh dengan iman tidak akan hancur. Sekarang adalah waktu yang penuh dengan kasih karunia, waktu yang penuh dengan firman. Waktu yang terindah sebelum waktu menuai. Allah pasti akan menurunkan hujan awal dan hujan akhir pada masanya (Ul 11:14, Yer 5:24). Dan sekarang sedang memberikan pada kita angin kasih karunia dan hujan Roh Kudus melalui firman sejarah penebusan.


3) Pada waktu menuai, hanya buah yang menundukkan kepala dengan rendah hati yang bisa masuk ke lumbung.

Jika waktu menuai tiba, padi akan merunduk dan tampak seperti menundukkan kepala. Sama halnya ketika waktu menuai rohani yang terakhir tiba, jika kita disebut bulir-bulir gandum yang padat dan penuh di hadapan Allah maka kita harus menunjukkan rupa yang rendah hati di hadapan Allah (Mzm 147:6, 1Pet 5:6). Jika melihat firman pada 1 Korintus 15:20b, dikatakan bahwa Yesus Kristus telah menjadi buah sulung dari orang-orang mati, buah sulung dari kebangkitan. Allah datang ke bumi dalam rupa manusia. Hal itu sendiri adalah puncak dari rupa kerendahan hati. Yesus datang ke bumi hingga tergantung di salib dan sampai akhir menyertai kita dengan rupa yang rendah hati. Merendahkan diri-Nya hingga di posisi orang berdosa, menyembuhkan banyak penyakit orang yang menderita yang tidak dilakukan oleh siapapun, memberikan penghiburan bagi mereka. Dan hasilnya, seperti pada 1 Korintus 15:20, Ia menjadi buah sulung dari orang-orang mati dan buah sulung dari kebangkitan. Untuk menjadi buah dari Allah, kita pun harus menjalani kehidupan yang rendah hati seperti Yesus. Ia mengajarkan kita hal ini secara personal. Bulir gandum matang yang berisi penuh hanya akan merunduk ketika waktu menuai tiba. Akan tetapi, bulir gandum yang kosong akan kaku dan digoyangkan angin kian kemari, meski hanya angin yang kecil (Mat 13:40). Kerendahan hati dimulai ketika kita mengakui secara langsung bahwa Allah yang memimpin kita.



Kesimpulan

Jika melihat pada Wahyu 14:4, tampak rupa dari 144.000 yang berdiri di bukit Sion pada akhir zaman. Ini menunjuk pada 144.000 yang ditebus dan menjadi korban-korban sulung bagi Allah. Buah-buah pertama menunjuk pada umat-umat pilihan Allah di antara orang-orang yang sejak semula ditetapkan oleh Allah untuk Ia ditebus. Buah-buah pertama juga adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba kemana saja Ia pergi. Jalan yang dituntun oleh Anak Domba adalah jalan mengikuti jejak kaki Yesus Kristus di bumi ini. Maka jalan itu bukanlah jalan yang mudah. Bukanlah jalan yang damai. Namun, jika sampai akhir berjalan bersama dengan Allah di jalan itu, berjalan bersama firman, maka akan bisa menjadi 144.000 yang berada bersama Anak Domba yang adalah tokoh utama penebusan di akhir zaman. Kiranya semua jemaat kudus Bukit Sion yang menyambut hari raya pengucapan syukur hari ini, memiliki jiwa yang selalu tinggal dalam kelimpahan dengan iman yang pasti, sehingga pada akhir zaman berada di kerajaan kekal bersama Allah Bapa sebagai buah pertama/sulung. Amin.

List of Articles
No. Subject Date Viewssort
203 Tanda dan Mujizat Allah yang Ditimbulkan Oleh Tongkat yang Kering Sep 26, 2013 78297
202 Berkat Menyebrangi Sungai dan Melompati Perbatasan Nov 07, 2013 78274
201 Apakah Iman yang Benar atau Sejati itu? Nov 07, 2013 78269
200 Musa yang Dipakai Sebagai Alat 10 Tulah Dec 08, 2013 78267
199 Iman Pengabdian Dari Perempuan Yang Akan Diberitakan Bersama Dengan Injil Sampai Akhir Dunia Dec 27, 2013 77982
198 Apakah Masih Belum Menyadari Tanda Zaman Sep 13, 2013 77898
197 Alasan Tuhan Memberi Engkau Makan Manna Jan 17, 2014 77465
196 Penuh Dengan Roh Kudus Seperti Orang-orang di Gereja Mula-mula Apr 11, 2013 76955
195 Penyelenggaraan Penebusan di Balik Peristiwa Menyebrangi Sungai Yordan Nov 12, 2013 76854
194 Segeralah Kemari Sebelum Menjadi Musim Dingin Dec 19, 2013 76799
193 10 Perintah, Perjanjian dari 1000 Angkatan yang Kekal Nov 07, 2013 76670
192 Bagaimanakah Kita Akan Hidup di Dunia yang Bagaikan Kabut? Apr 19, 2013 76496
191 Hari Kemenangan, Hari Masuknya Raja dari Antara Raja ke Yerusalem Mar 30, 2013 76276
190 Berkat yang Tampak Di Dalam Sejarah Penebusan Mar 21, 2013 76115
189 Kasih - Hadiah Sukacita Untuk Bertemu Kembali Jun 20, 2014 75818
188 Jika Ingin Mendapatkan Kembali Tabut Yang Telah Dirampas Dec 27, 2013 75608
187 Akhir Kehidupan Lot yang malang yang tinggal di dalam goa Apr 26, 2014 75598
186 Marilah Menerima Berkat yang Dijanjikan dengan Menjaga Tahun Sabat, Tahun 2014 Mar 21, 2014 75585
185 Marilah Menjadi Umat Tuhan yang Mengenal dan Bersaksi Bagi Waktu Mar 21, 2014 75577
184 Penyelenggaran Penebusan dari Yakub yang Dikuburkan Di Kanaan May 03, 2014 75576
XE Login