FIRMAN
Khotbah minggu
SEPERTI APAKAH BAKTI YUSUF TERHADAP ORANG TUANYA?
[Kej 45:1-11]
Kalau lihat
Kejadian 2:22-24, asal mula dari rumah tangga adalah Allah. Allah adalah Bapa kita (Ul 32:6).
Nabi Yeremia
pun berkata, “Allah dari kaum keluarga Israel (Yer 31:1).”
Kalau lihat pencatatan
kitab Kejadian, Abraham adalah orang yang beriman. Ishak adalah orang dari kasih dan ketaatan.
Yakub adalah orang dari pengharapan dan perbuatan. Tapi
orang yang mewarisi karakteristik yang unik dari 3 orang tersebut adalah Yusuf.
Seperti apakah bakti Yusuf yang mewakili kaum keluarga Abraham ini?
I.
Yusuf selalu taat tanpa membatah perkataan bapa.
Saat ayahnya
berkata sesuatu, saudara-saudaranya yang lain banyak bicara sambil memberikan alasan. Tapi Yusuf langsung amin tanpa syarat. Di hati Yusuf tidak
ada ‘aku’ nya. 1)
Ketika Yusuf diutus ke Sikhem, ia taat dan berkata, “Ya bapa! (Aku akan melakukannya).” Yusuf menerima perhatian dan kasih dari ayahnya. Waktu itu Yakub menyuruh Yusuf untuk pergi menengok
kakak-kakaknya.
Tapi karena mereka iri hati terhadap Yusuf, mereka menangkap
dan melemparkannya ke dalam lubang. Lalu mereka menjualnya kepada pedagang Midian sehingga ia
dijual ke Mesir. Mulai saat itu, Yusuf menerima banyak kesengsaraan, namun di
kemudian hari ia menjadi mangkubumi di Mesir. Permulaan dari semua peristiwa tersebut adalah ketika Yusuf diutus ke Sikhem, ia
taat dengan menjawab 'amin' kepada ayahnya.
2)
Ketika Yakub
memberkati Manasye dan Efraim dengan menyilangkan tangannya, di saat itu pun
Yusuf menganggapnya sebagai kehendak Allah dan taat. Manasye adalah anak sulung dan Efraim anak kedua, namun
tangan kanan Yakub mengarah kepada anak kedua dan tangan kirinya ke anak yang
sulung. Saat itu Yusuf pikir ayahnya sudah tua dan pikun dan memberitahukan
kalau ayahnya keliru.
Tapi Yakub menjawab, “Aku tahu (Kej 48:19).” Pada akhirnya, sesuai dengan berkat yang diberikan ayah Yusuf
tersebut, suku Efraimlah yang menjadi lebih makmur dan suku Manasye terus
menurun.
Karena Yusuf sadar bahwa kehendak
ayahnya adalah kehendak Allah, maka ia mentaatinya.
Jadi Yusuf adalah anak yang sungguh berbakti. 3)
Tepat sebelum ajal
Yakub, Yakub menyuruh Yusuf bersumpah agar
jenasahnya dimakamkan di tanah dimana Abraham dan Ishak dikuburkan. Lalu Yusuf bersumpah, “Aku akan berbuat seperti katamu itu.”
Jadi Yusuf melayani ayahnya dengan baik dan menjaga ayahnya sampai kepada
ajalnya (Kej 50:1, 49:33). Hanya Yusuflah yang berperan sebagai anak yang baik dan anak-anak lelaki yang lain tidak berperan sebagai anak lelaki yang
baik. Sesuai harapan ayahnya, Yusuf memakamkannya di kuburan nenek moyangnya
(Kej 47:30).
Apa alasan
Israel Utara hancur? Itu karena dosa dimana anak menganggap enteng orang tua, memukul orang tua
dan mencaci maki
orang tua.
Maka kerajaannya hancur binasa di tahun 722 SM. Hari ini pun sama.
Jika rumah tangga tidak berdiri dengan kokoh, tidak akan ada harapannya. Alkitab berkata bahwa jika anak-anak menaati orang tua dan berbakti, negara dan bangsa akan menerima berkat (Ef 6:1-2). Lewat nabi Maleakhi dikatakan bahwa lewat rumah
tangga yang menghormati orang tua, Tuhan ingin membangun negara menjadi makmur, maju
dan sehat (Mal
2:15). Allah adalah Bapa dari seluruh umat manusia yang Ia ciptakan. Allah menentukan
orang tua sebagai sosok yang bagaikan Allah, menggantikan-Nya, sambil berkata, “Engkaulah yang berkuasa.” Jadi Allah menentukan nilai, keberadaan, tujuan dan kehendak
dari orang tua. Maka mentaati orang tua di dalam Tuhan berarti kita mentaati
Allah.
II.
Yusuf selalu memikirkan kondisi ayahnya.
Saat Yusuf keluar dari rumah, ia
selalu menanyakan kondisi ibu dan ayahnya. Ketika kita sebut ‘ayah’, suami istri itu satu tubuh, maka termasuk ibu juga. Dari sudut pandang rohani, Allah
adalah ayah kita dan gereja merupakan
ibu.
Maka dikatakan di Imamat 26:2, “...menghormati tempat
kudus-Ku, Akulah TUHAN.”
Yusuf selalu memikirkan kondisi ayahnya. Di Alkitab tercatat sekitar 10an kali ia bertanya.
1)
Saat wabah kelaparan melanda Mesir, saat saudara-saudara Yusuf pergi ke Mesir untuk membeli gandum. Waktu
itu sebagai mangkubumi, Yusuf menanyakan kondisi orang tuanya tanpa memberitahukan
bahwa ia adalah adik kandung mereka. Di Kejadian
43:7, ungkapan ‘menanyai dengan seksama’ bahasa Ibraninya adalah syaol
sya'al, artinya ia bertanya dengan memohon, dengan sangat kuat secara detail.
2)
Berikutnya saat Yusuf
bertemu lagi dengan
saudara-saudaranya untuk kedua kalinya. Waktu
itu Yusuf terlebih dahulu bertanya tentang kondisi ayahnya. Saat itu, Yusuf belum memberitahukan bahwa ia adalah adik
kandung mereka (Kej 43:27). 3)
Ketika Yusuf bertanya untuk ketiga kalinya, ia
menyuruh hamba-hambanya di istana untuk keluar ruangan dan ia memberitahukan status dirinya. Ia menjadi mangkubumi
di usia 30 tahun dan di saat ketika Yusuf bertemu kembali
dengan saudara-saudaranya, usianya sudah 40 tahun (Kej
45:2-3). Setelah itu ia bertanya lagi dan lagi tentang kondisi ayahnya berulang
kali. Selama 23 tahun ia tinggal terpisah dari ayah, ibu dan
saudara-saudaranya.
Tapi selama itu ia tidak pernah lupa pada
orang tuanya.
Jika orang tua ingin anak-anak melayani orang tua dengan baik, maka mulai dari diri kita sendiri, kita haruslah berbakti kepada orang tua.
Pertanyaan
Yusuf memperlihatkan bahwa ia terus memikirkan ayahnya secara khusus. Kalau lihat isi pengakuannya, kita bisa tahu betapa Yusuf mengasihi ayahnya. Bagi Yusuf,
ayahnya adalah perhatiannya yang terbesar. Ayahnya adalah tujuan dan pusat dari kehidupannya.
Ayahnya adalah dasar pengharapan mengapa ia bisa hidup (Kej 45:9-11). Pada akhirnya, raja mengirim kereta emas untuk menjemput
ayah Yusuf (Kej 45:27 - 46:5). Setelah menyambut Yakub, Yusuf berkata, “Aku akan melayani orang tuaku
sampai akhir.” Orang itu, semakin banyak ia
mengasihi seseorang, semakin banyak ia akan memikirkannya. Meskipun orang tua tidak memiliki
banyak, orang tua selalu memikirkan anaknya
dan berharap
agar anaknya sukses. Di Ulangan
4:40 dikatakan bahwa
anak yang berbakti dan taat kepada orang tua akan hidup panjang
umur.
Sebaliknya jika menyaut kepada orang tua, maka disuruh untuk dibunuh dengan dirajam
batu. Kesimpulan: Sesuai dengan arti nama Yusuf
yaitu “akan menambahkan anak lelaki lagi”, Yusuf
menjadi orang yang menambahkan. Serta setelah Yusuf, bertambah lagi
seorang anak yaitu Benyamin adiknya yang berarti anak lelaki tangan kanan. Ungkapan “jika menghormati orang tua,” ini merupakan hukum Allah yang dinyatakan Allah kepada
manusia. Kita harus menjaga hukum, jika kita tidak menjaganya,
kita menjadi pelanggar hukum. Anak yang tidak berbakti kepada orang tua akan
hancur, tapi anak yang berbakti
akan sukses. Kalau
begitu bagaimana caranya untuk berbakti? Kita harus taat kepada
orang tua di dalam Tuhan. Jika kita menghormati
orang tua dan melayani dengan baik, itulah perbuatan yang baik atau kebaikan. Dan kebaikan sama sekali tidak akan gagal. Orang yang berbakti kepada orang tua, di dalam rumahnya,
kebaikannya akan penuh. Meski uangnya sangat banyak, itu semua adalah debu
tanah yang akan terbang hilang. Tapi ketika berbakti di hadapan orang
tua, sama
saja kita menumpuk-numpuk kebaikan di dalam rumah. Percayalah bahwa
orang yang penuh dengan kebaikan tidak akan hancur. Kiranya Tuhan Yesus
memberkati agar kita menjadi orang beriman yang memiliki hati yang berbakti
kepad orang tua seperti Yusuf. Amin.