FIRMAN
Khotbah minggu
SURAT DARI SORGA
(1Tim 1:1-2)
Surat yang ditulis dengan kesungguhan bukan hanya
memberikan keharuan, tapi bahkan mengubah kehidupan dari orang yang membaca
(Gal 6:11). Alkitab mengatakan bahwa Allah adalah pengantin laki-laki kita
secara rohani dan Allah sedang mengirimkan surat Injil, kabar Injil, secara
terus menerus kepada umat-Nya yang Ia kasihi. Tapi banyak orang di dunia hanya
berseru, “Oh Allah Bapaku, suamiku, Yesusku sudah mati dan Ia tidak memberikan
surat!” mereka mengeluh. Allah yang
adalah Bapa kita adalah sumber kasih dan sumber hidup yang hendak memberikan
kepada kita penghiburan dan harapan yang kekal. Ia adalah Allah dari orang yang
hidup. Lewat firman pembacaan hari ini, Ia sedang mengirimkan surat kepada kita
semua.
I. Pada surat, ada amplop luarnya. Di amplop luarnya dicatat nama pengirim dan nama penerimanya.
1. Nama pengirimnya adalah ‘Paulus, rasul Kristus Yesus’ (ayat 1).
1) Terlebih dahulu mari kita lihat ungkapan ‘Kristus Yesus’. Pada umumnya ungkapan yang sering dipakai adalah Yesus Kristus. Bedanya ada pada penekanan. Dalam bahasa Yunani atau Ibrani, kata yang penulis hendak tekankan itu ditaruhnya di depan. Ketika disebut Yesus, ini menunjukan Sosok di mana Allah yang mulai datang ke bumi ini dengan memakai tubuh jasmani untuk menyelamatkan umat-Nya mati menggantikan orang-orang yang berdosa. Tapi ketika disebut Kristus, ini menunjukkan Sosok dimana Yesus yang telah mati, hidup kembali, naik ke sorga dan sekarang sedang duduk di sebelah kanan tahkta Allah dan memerintah kita. Maka Yesus adalah kata yang lebih menekankan kemanusiaan dan Kristus kata yang lebih menekankan keilahian. Kemanusiaan menunjuk kepada sifat yang dimiliki manusia yang lahir, bertumbuh, terkena penyakit dan mati. Keilahian menunjuk kepada atribut atau sifat ilahi yang tidak ada maut yang dimiliki oleh Allah. Pada awal pelayanannya, Paulus menekankan Yesus, tapi pada akhir pelayanannya, Ia lebih menekankan Kristus. Ini adalah hasil yang ia peroleh dengan pengalaman tentang sosok Yesus yang memerintah, bahkan di tengah-tengah situasi apapun. Bagi kita pun, haruslah ada iman yang seperti demikian, barulah kita bisa menjadi orang yang memiliki kualifikasi untuk menerima surat dari Allah.
2) Mari kita lihat ungkapan ‘Paulus, rasul’. Kitab injil menyebut 12 murid Yesus sebagai rasul-rasul (Mar 6:30, Mat 10:2, Luk 6:13). Kitab para rasul menetapkan kesaksian tentang Yesus dan kesaksian tentang kebangkitan-Nya sebagai kualifikasi untuk menjadi rasul. Dalam arti demikian, Paulus tidak termasuk kedalam 12 rasul. Tapi dengan berdasarkan pada pengalaman, di jalan menuju Damsyik, dengan senang hati ia menyebut dirinya sebagai rasul. Rasul Paulus berkata bahwa dirinya duta dari sorga, dari Allah, yang kepadanya dipercayakan kuasa sebagai dibelenggu dengan besi (Ef 6:20a, 2Kor 5:20). Maksudnya, lewat kesengsaraan (yaitu diikat dan dibelenggu dengan besi), ia bisa berpesan sebagai duta dari sorga dengan lebih efektif. Tapi kita yang bebas, tidak menyampaikan Injil Yesus. Kita haruslah menyesali dosa ini dan bertobat. Alkitab menyebut kita semua sebagai duta dari Sorga.
2. Penerimanya adalah ‘Timotius, anakku yang sah didalam iman’.
Ini berarti anakku yang sah didalam Allah, didalam Yesus Kristus, didalam Roh Kudus, didalam firman Alkitab. Ini merupakan hubungan antara guru dan murid didalam iman. Didalam kebudayaan Yunani kuno, hubungan guru dan murid sering disebut sebagai hubungan ayah dan anak. Paulus menerangkan bahwa surat ini dikirim ‘menurut perintah Allah, Juruselamat kita dan Kristus Yesus, dasar pengharapan kita’. Itu sebabnya didalam surat ini terdapat harapan yang melimpah dan penyelesaian dari keselamatannya dijamin.
II.
Pada
surat, ada isinya.
Isi surat (salam) yang
disampaikan Paulus adalah bahwa “kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari
Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita menyertai engkau”.
1. Kasih karunia yang datang dari Tuhan. Kasih karunia adalah hadiah yang diberikan Allah dengan cuma-cuma tanpa ada hubungannya dengan prestasi atau nilai dari sasarannya. Perbuatan yang dilakukan manusia yang telah meninggalkan Allah hanyalah perbuatan dosa. Manusia yang berbuat dosa, dengan kekuatannya sendiri, tidak bisa dibenarkan di hadapan Allah. Namun Allah telah memberikan Yesus Kristus untuk menyelamatkan kita. Dan sebagai hasil Ia memikul upah dosa kita dan mati, kita diselamatkan. Dengan menunjuk pada hal itu, Paulus menyebutnya ‘kasih karunia’. Itu sebabnya, bagi orang yang percaya, kasih karunia terwujud lewat Kristus Yesus (Rom 5:15, 2Kor 8:9).
2. Rahmat / belas kasihan yang diberikan Tuhan. Rahmat atau belas kasihan adalah hati yang berbelas kasihan terhadap orang lain. Ini merupakan salah satu atribut Allah. Belas kasihan menunjuk kepada hati yang merangkul orang lemah atau tidak berdaya. Seperti demikianlah pekerjaan keselamatan (Tit 3:5, Yak 2:13). Kita haruslah menerima belas kasihan ini, barulah tidak akan ada kelaparan atau kehausan dan kita bisa menjalani kehidupan yang menerima kasih karunia (Yes 49:10, Yes 60:10, Ibr 4:16). Ketika kita memiliki hati yang penuh belas kasihan demikian, barulah kita akan menengok anggota-anggora sel grup yang menghadapi kesulitan, berdoa untuk penyelamatan jiwa-jiwa dan akan menginjil.
3. Damai sejahtera yang datang dari Tuhan. Damai ini menunjuk pada damai sejahtera di seluruh aspek kehidupan manusia, penuh harapan yang sejati yang berdasarkan pada kehendak Allah. Meskipun kehidupannya sulit dan sukar, asal Tuhan memberikan damai ke dalam hati kita, kita akan menikmati damai. Allah memberikan damai-Nya kepada umat-Nya (1Taw 23:25, Mzm 29:11). Allah memberikan damai ini kepada orang yang benar yang hatinya teguh (Mzm 72:7, Yes 26:3). Serta Allah memberikan damai-Nya kepada orang yang bertobat (Yer 33:6, Hag 1:12, Hag 2:9b, Rom 1:7).
Allah memberikan banyak berkat kepada kita. Dari antaranya, kasih karunia, rahmat dan damai
sejahtera adalah berkat penting yang tidak boleh kita hilangkan seumur hidup
kita. Ketiga kata berkat ini juga berhubungan dengan iman,
pengharapan dan kasih. Iman, pengharapan dan kasih adalah 3 buah dalam
karakteristik sebagai orang Kristen. Sedangkan kasih karunia, rahmat dan damai
sejahtera adalah tiga berkat dalam karakteristik sebagai orang Kristen. Kita
harus ingat bahwa berkat tersebut haruslah kita terima lewat surat Injil,
barulah kehidupan kita akan berkelimpahan.
Kesimpulan:
Allah menuangkan karunia yang melimpah secara terus
menerus. Maka rasul Yohanes menekankan sifat ‘melimpah’
atau ‘kelebihan’ dengan ungkapan ‘kasih karunia demi kasih karunia’ atau ‘kasih
karunia di atas kasih karunia’ (Yoh 1:16). Karena
ada berkat yang berkesinambungan, kita dapat memperoleh penghiburan, belas
kasihan dan damai. Lewat firman yang diberikan hari ini, kita telah
menerima surat salam yang dikirim dari sorga. Kiranya sebagai tawanan dari
kasih Allah yang diberikan tanpa habis-habisnya, kita menjadi jemaat kudus yang
memancarkan harum dan pergaulan kasih yang indah. Amin.