FIRMAN
Khotbah minggu
NAMA YANG INDAH DAN
MULIA YANG DIAKUI ALLAH
(Pkh 7:1, Kol 4:15-17).
Penulis kitab Pengkotbah
mengakui bahwa nama yang harum lebih
baik dari pada minyak yang
mahal. Di Timur Dekat
Kuno, minyak ini menunjuk kepada minyak zaitun yang berguna untuk bahan obat
atau makanan.
1. Mengapa nama yang harum lebih baik daripada minyak yang mahal?
Minyak yang
mahal menunjuk pada sifat yang mengejar
nama baik dunia, mengejar harta, kebanggaan yang
hampa. Semua itu merupakan
hal-hal yang akan berlalu. Tapi hal yang kekal adalah melakukan
kehendak yang diingini Bapa, karena nama yang mulia, yang menopang kehendak
Allah bukanlah pekerjaan dunia, nama itu akan ada untuk selama-lamanya (1Yoh
2:17). Itu sebabnya, jabatanlah nama yang harum. Hari inipun, Allah sedang
mencari teman sekerja untuk segera menggenapi kehendak-Nya. Suami-istri Priskila dan
Akwila adalah teman sekerja yang
sejati bagi Paulus untuk injil di dalam
Kristus. Mereka bekerja bersama dengan Paulus, dengan sehati,
sekehendak, dan setujuan. Secara luas, orang yang menginjil, maupun orang yang merawat anak-anak di rumah, semuanya adalah pelayan-pelayan Allah. Saudara-saidara telah menerima panggilan
Allah. Pada panggilan terhadap masing-masing saudara, Allah sama sekali tidak
menyesal. Walau bekerja sebagai petugas kebersihan di luar gereja, saudara
adalah petugas kebersihan Allah. Memasak di rumah, itupun adalah koki Allah. Ketika kita
memiliki kesadaran akan panggilan yang seperti
demikian, barulah pekerjaan itu akan menjadi pekerjaan yang agung dan
mulia, dan saudara tidak akan
ada penyesalan dan akan merasa berguna (1Kor 10:31-33).
2. Sesuai dengan
nama yang harum, kesadaran seperti
apakah yang harus dimiliki oleh orang
yang berjabatan?
1) Kita harus memiliki kesadaran diri yang benar.
Kita harus sadar diri dan menyadari kekurangan diri kita. Karena sesuai dengan kata hati kita, kita akan mengeluarkan perkataan. Yesaya menyadari dirinya dan berkata, “Aku ini seorang yang najis bibir (Yes 6:1-5).” Pada saat itu, ketika ia bertobat dengan air mata, serafim menyentuhkan sepit atau bara pada mulutnya. Allah menyelesaikan masalahnya yang mendasar, yaitu yang ada di dalam hatinya. Setelah itu, barulah ia menjadi orang yang menjawab panggilan Allah. Hari ini, jika kita hendak menanggung tugas, terlebih dahulu kita harus menyadari diri kita seperti demikian, lalu kita harus tahu jati diri kita. Rasul Paulus juga sadar tentang kenajisan dirinya, lalu mengakui bahwa dirinya adalah orang yang kurang (1Kor 15:8). Kita harus menyadari diri kita, barulah kita akan menyadari firman dan akan menanggung jabatan. Lalu bagaimana kita ada kesadaran bahwa aku adalah anak-anak Allah? Sebelum merawat gereja, terlebih dahulu kita sebagai anak2 Allah harus memiliki iman, syukur dan hati yang bangga (Mat 6:33). Selain itu pada kita haruslah ada kesadaran bahwa kita adalah bait suci Allah (1Kor 6:19).
2) Kita harus
memiliki kesadaran yang benar
mengenai jabatan.
Kita harus
memiliki kesadaran tentang nilai dan kepentingan jabatan. Pada jabatan, sama
sekali tidak ada perbedaan mulia dan hina. Kita juga tidak boleh ikut campur
dalam jabatan orang lain serta tidak boleh mengabaikan jabatan orang lain
karena Allah telah mempercayakan kita
jabatan 'pendamai' (2Kor 5:18). Kita harus sadar bahwa jabatan yang dipercayakan kepadaku ini
adalah jabatan yang dipercayakan Allah yang mengenalku lebih baik daripada
siapapun. Jadi inilah bagianku yang hanya aku saja yang bisa tanggung. Kesetiaan seseorang tergantung
pada pandangannya terhadap jabatan yang
dipercayakan kepadanya. Bagi orang
kudus, kehidupan iman itu sendiri adalah
urusan yang terbesar (Yoh 6:28-29).
3. Bagaimana caranya agar kita bisa
menanggung dengan baik tugas kita sesuai
dengan namanya yang harum?
Sesuai dengan sikap dari orang yang menanggung jabatan, bergantunglah kemajuan dan berhentinya pekerjaan
kehendak Allah. Supaya
kita bisa menanggung jabatan kita,
Allah memberikan karunia rohani pada
tiap-tiap orang. Supaya kita bisa
menanggung jabatan kita, Allah memerintahkan
agar hubungan komunitas yang mutual terjadi (Rom 12:4-9,
1Kor 12:8-10).
1) Kita harus
melaksanakan jabatan yang kita terima
dari Tuhan dengan segenap kekuatan.
Jika kita menganggap enteng jabatan yang dipercayakan dan tidak bertanggung jawab, maka kita tidak bisa mengelak untuk menerima
teguran dari Allah. Di Neh
13:10-14, Tuhan marah dan menghakimi imam besar Elyasib yang tidak mengerjakan
jabatan sebagai imam besar. Kesalahannya adalah ia tidak mempedulikan iman dan
orang2 Lewi dalam hal segala penyembahan. Ia malah
memperdulikan Tobia yang adalah musuh Allah. Tobia dan Sanbalat pernah menghalangi pembangunan tembok kota Yerusalem.
Ia memberikan ruangan di bait suci dan membuat mereka tinggal disitu. Akhirnya
orang-orang Lewi pergi dan ibadah berhenti. Ini adalah hasil dari Elyasib
melupakan jabatannya dan memperhatikan urusan dunia. Allah tidak menjamin
bahwa jabatan dari orang yang demikian bisa terus terjaga. Tahun-tahunnya diperpendek dan jabatannya dialihkan Allah kepada orang lain. Inilah penghakiman Allah (Ref: Mzm 109:8, Simson-Hak 13-16, Saul-1Sam
15:26). Bagaimana
dengan kita hari ini? Kita
adalah
umat yang
dipilih Allah, imamat rajani, bangsa yang
kudus, serta umat kepunyaan-Nya (1Pet 2:9). Jabatan tersebut adalah berkat yang diizinkan kepada kita oleh Allah, tanpa
membayar apa-apa.
2)
Kita hanya bisa
menyelesaikan jabatan kita dengan
baik di dalam Tuhan.
Dalam melaksanakan pekerjaan Tuhan, yang menjadi penilaian bukan hanya hasilnya tapi
prosesnya pun penting. Tuhan
menasehati agar kita
mengikuti jejak kaki-Nya. Ketika kita menempuh jalan di dalam
Tuhan sesuai dengan proses ini, tempat
tujuan kita
pastilah kerajaan Sorga (Kis 4:12). Di dalam kehendak Tuhan, kita harus menanggung jabatan yang dipercayakan kepada kita. Orang yang menyaksikan fakta bahwa air berubah
menjadi anggur di pesta perkawinan di Kana adalah mereka yang tinggal di dekat
Tuhan (Yoh 2:6-9). Inilah rahasia untuk menyelesaikan dengan baik jabatan yang dipercayakan pada kita. Karena kuasa Allah
untuk menanggung jabatan terlebih dahulu akan
diberikan pada
orang
yang
tinggal di dekat-Nya.
Kesimpulan:
Jabatan dan tugas di dalam gereja
semuanya penting bagi kepala. Kepala gereja adalah Yesus Kristus dan gereja
adalah tubuh-Nya (Ef 4:15, 1:23). Maka kita harus menghargai jabatan kita dan membuat jabatan kita bersinar.
Jika kita menanggung jabatan kita di bumi dengan baik, jabatan yang lebih harum
dan indah akan menanti (Ibr 8:6). Amin.