FIRMAN
Khotbah minggu
(Rom 7:5-25)
Semenjak
dunia ini diciptakan, banyak orang telah
datang dan pergi. Namun hanya Yesus saja yang dapat menyatakan dengan jelas siapa
diri-Nya. Akulah Mesias (Yoh 4:26), Akulah roti
hidup (Yoh 6:35, 41, 48, 51), Akulah terang
dunia (Yoh 8:12), Aku sudah ada sebelum Abraham lahir (Yoh 8:58), Akulah pintu
domba (Yoh 10:7), Akulah kebangkitan dan hidup (Yoh 11:25), Akulah jalan, kebenaran dan hidup (Yoh 14:6), Akulah pohon anggur yang sejati (Yoh 15:1). Semua itu pernyataan Tuhan Yesus yang luar biasa tentang
diri-Nya.
Namun seluruh
umat manusia yang adalah keturunan
Adam, tidak ada satu pun yang benar (Rom 3:10). Manusia adalah sosok yang lahir di bawah
dosa, dijual oleh dosa, menjadi hamba dosa dan tidak bisa mengelak untuk mati oleh karena dosa.
Apa yang rasul Paulus katakan di Roma 7:8-24 ini merupakan rentetan rintihan yang memilukan dari orang yang gagal. Ia berseru kalau ia ditawan oleh maut, dosa, hukum taurat, kedagingan,
kejahatan, celaka dan sebagainya dan terancam akan mati. Ia sedang membongkar
identitas dirinya tanpa ada yang disembunyikan. Ia sedang bicara soal dirinya sendiri. Bukankah ‘aku’ disini adalah aku yang mendua di dalam diri Paulus?
Baginya sedang terjadi sebuah tragedi dimana ‘aku yang ideal’ dan ‘aku yang riil’ saling berlawanan. Ia berkata bahwa kebaikan yang hendak ia
perbuat menunjuk kepada Rasul Paulus yang baru, yaitu manusia yang baru. Tapi keinginan yang hendak
berbuat jahat, mengganggu dan menghalangi kebaikan, itu menunjuk pada rasul Paulus
yang lama, manusia yang lama. Jadi bersama-sama dengan Paulus yang baik,
terdapat juga Paulus yang jahat. Bersama dengan Paulus
rohani, terdapat juga Paulus yang daging. Bersama dengan Paulus
batiniah, terdapat juga Paulus yang lahiriah. Bersama dengan Paulus yang menyukai
hukum Allah, terdapat juga Paulus yang hendak
mengikuti hukum dosa.
Bersama dengan Paulus yang sejati,
terdapat juga Paulus yang palsu. Itu sebabnya terjadilah kebingungan dari kepribadian
iman, dimana aku yang ideal dan aku yang riil tidak harmonis (Rom 7:20).
Satu hal yang harus kita sadari
adalah kita tidak boleh mengatakan, “roh jiwa kita tidak berbuat
dosa, tapi tubuh kitalah yang berbuat dosa.” Kita harus tahu bahwa wujud asli dari dosa
berhubungan dengan seluruh kepribadian dari ‘aku’ yaitu mencakup
seluruhnya roh, jiwa dan tubuh. Rasul Paulus
membongkar rahasia bahwa yang menimbulkan
perpecahan di dalam dirinya adalah dosa. Dosalah yang memecahkan
hubungan antara Allah dengan dirinya, serta memecahkan dirinya dengan sesama. Lebih lagi, dosa
menimbulkan perpecahan kepribadian di dalam dirinya sendiri. Seperti demikian,
dosa adalah benih dan sumber dari perpecahan. Maka jika kita percaya pada Yesus Kristus, kita haruslah
memakukan sifat kejahatan dari tubuh, hati, pikiran, bahkan gagasan
dan ideologi kita pada salib Tuhan. Kita haruslah membunuh
dosa dengan iman.
Di Matius
16:16, Petrus mengaku, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.” Dengan
pengakuan demikian Yesus memberikan kunci sorga kepadanya. Tapi belum sempai 5
menit, Yesus berkata kepada Petrus, “Enyalah iblis!” Kenapa? Karena itu adalah
pikiran manusia (Mat 16:21-22). Kita tidak boleh
memiliki pikiran daging seperti Petrus. Bukankah Yesus menganggap
Petrus sebagai iblis yang kelihatan? Itu sebabnya,
dengan menunjuk pada Petrus, Yesus berkata, “Enyahlah iblis!”
(Mat 16:23). Itulah dosa yang diam di dalam ‘aku’ (Rom 7:20). Jadi kita haruslah membuat manusia batiniah
hidup dengan dipenuhi firman Allah, kepenuhan kasih
karunia dan Roh Kudus. Kiranya kita semua menjalani kehidupan yang mendekat pada Allah setiap harinya seperti Yakobus 4:8. Kita haruslah mengasihi musuh. Hal membenci orang lain sama dengan melakukan
dosa pembunuhan. Siapapun dia, jika ia tidak menerima
pengampunan dosa dengan darah yang mahal dari Yesus Kristus di kayu salib, semuanya adalah orang yang berdosa (Rom 3:9-20). Kalau lihat
1Yohanes 2:15-17, betapa dahsyatnya dosa keinginan daging dan keinginan mata.
Mengenai buah kedagingan, dicatat di Galatia 5:19-21. Lalu, mengenai buah roh,
atau buah Roh Kudus, dicatat di Galatia 5:22-23.
Kita haruslah dilahirkan
kembali dengan air dan Roh. Ketika kita membenci itulah dosa
pembunuhan (1Yoh 3:10,
1Yoh 4-20). Mengasihi orang yang kelihatan tidak bisa, tapi mengaku mengasihi Allah yang tidak kelihatan, itu adalah perkataan
bohong. Di 1Korintus 9:27, rasul Paulus mengatakan “Aku melatih
tubuhku dan menguasai sepenuhnya (menaklukkan tubuhku) setiap
hari.” Jika kita telah
menerima kasih karunia penebusan salib Yesus Kristus, bukankah kita adalah anak-anak laki-laki dan perempuan yang telah dijadikan satu di bawah
satu Bapa?
1Korintus 13 disebut sebagai pasal kasih.
Jika tidak ada kasih, pastilah kita akan
membenci orang lain. Ini adalah dosa. Kalau
begitu, apa yang disebut “dosa yang diam di dalam aku?” Yaitu ketidakpercayaan (Yoh 16:9, Rom 14:27), ketidakbenaran
(1Yoh 3:4)
dan tidak
melakukan kebaikan (Yak 4:17). Gumpalan dosa di dalam hati Rasul Paulus
bagaikan sebuah kanker yang mencakup ketidakpercayaan,
ketidakbenaran
dan tidak melakukan
kebaikan. Tapi dosa yang diam di dalam Paulus itu bukanlah ketidakpercayaan,
ketidakbenaran dan tidak melakukan
kebaikan yang pokok atau yang dasar saja. Seandainya dosa yang ada pada Paulus itu
adalah ketidakpercayaan yang dasar, maka
bukankah itu berarti nyatanya ia adalah orang yang belum dilahirkan
kembali? Maka bagi Rasul Paulus yang telah
menerima keselamatan di dalam Yesus Kristus, ketidakpercayaan, ketidakbenaran dan tidak melakukan
kebaikan yang dunawi dan yang daging yaitu yang kadang-kadang timbul di dalam proses untuk menjadi kudus,
itulah yang menyakiti dia
(Rom 7:24).
Paulus mengatakan
sebuah fakta bahwa ia telah menjadi tawanan (Rom 7:23).
Sekarang pikir diri kita dengan dalam, “Aku ini
siapa? Kita tidak boleh putus
asa karena bukankah Tuhan kita telah menyatakan di Roma 8:1-2, “Roh yang memberi hidup telah
memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.” Kita semua haruslah masuk ke dalam Yesus Kristus, Sosok yang memerdekakan kita. Orang yang ada di dalam Yesus Kristus, yaitu orang-orang kudus, yaitu bagi sosok
baru, sama sekali tidak ada penghukuman (Rom 9:16, 11,
8-9, Fil 1:1, 2Kor 5:17).
Sekarang karena kita ada di dalam Yesus Kristus, kita bukan lagi ‘aku’ yang mendua. Aku yang adalah tawanan yang celaka
bukanlah aku, melainkan aku adalah aku yang dibebaskan dalam Kristus.
Dari dalam Kristus, aku yang baru
muncul.
Di Efesus 1 sangat banyak muncul
ungkapan ‘di dalam Kristus.’ Di dalam Kristus, segala sesuatu muncul. Di dalam Kristus, Aku muncul.
Di dalam Kristus, penebusan muncul. Di dalam Kristus, pusaka
Sorga muncul. Di dalam Kristus, kemerdekaan muncul. Di dalam Kristus, maut dijauhkan (Rom
8:1-17). Sekarang, asal kita percaya Yesus Kristus dengan baik, dosa sama sekali tidak bisa diam di dalam kita karena Roh Kudus
bekerja dengan kuat. Karena Yesus menjaga, menuntun dan menjamin kita. Maka
sekarang, badi Rasul Paulus, keluarlah jeritan kemenangan, yaitu “Siapakah yang akan melawan kita? (Rom 8:31, 34).”
Sambil
melewati masa sengsara di tahun 2015, semoga kita bisa melepaskan ‘aku’ yang dunawi, melepaskan sosok ‘aku’ dari masa lalu sebelum percaya Yesus. Untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya, Yesus menderita di
luar pintu gerbang Yerusalem (Ibr 13:12). Semoga kita yang telah menjadi ‘aku’ yang menerima
pengampunan dosa di dalam Yesus Kristus, saling mengasihi, memegang, menasehati dan pada akhirnya
pribadi, keluarga, gereja Bukit Sion,
bahkan negara kita terus maju dalam keadaan
damai. Amin.