FIRMAN

Khotbah minggu

Home > Firman > Khotbah Minggu

Iman Yang Benar

Views 97577 Votes 0 2014.08.27 22:22:14

IMAN YANG BENAR

(Ayub 1:1-5, 20:22)

 

Sesuai dengan dimana diletakkannya iman kita, maka karakter atau sikap kita akan berbeda.

a)         Ada orang yang memiliki iman yang percaya melalui pengetahuan. Orang seperti ini biasanya jatuh kedalam iman yang rasionalisme.

b)         Ada orang yang menganggap iman sebagai kehendak/kemauan. Orang yang seperti ini biasanya jatuh kedalam kepercayaan kepada keselamatan karena perbuatan.

c)         Ada juga orang yang mencari iman melalui perasaan. Orang seperti ini biasanya tenggelam dalam mistisisme. Melihat 3 hal ini, mari kita merenungkan dimanakah Ayub meletakkan dasar imannya.

 

1.         Ayub menaruh imannya pada hati (Ayub 1:5).

Ketika iman meninggalkan hati, seseorang pasti akan berbuat dosa terhadap Allah. Ayub tidak puas atas iman anak-anaknya yang hanya melayani secara formalitas/luar saja. Yesus pun menegur iman orang Farisi dengan berkata, “Dengan mulutnya mereka hormat, tapi hati mereka jauh (Mat 15:8).” Maka iman haruslah ditaruh pada hati, barulah kita tidak akan mencari muka dan tidak berdusta. Rasul Paulus juga berkata bahwa ia melayani Allah sesuai dengan hati nurani dalam segala hal (Kis 23:1, Rom 1:9, 2Tim 1:3). Jika kita tidak menaruh telinga kita pada suara hati nurani, maka kita akan hidup dengan terus menerus mendustai hati nurani. Pergi ke sorga tidak bisa hanya percaya dengan asal-asalan. Hati nurani harus dipulihkan melalui firman, barulah bisa ke sorga. Jika tidak menaruh iman pada hati, maka pertobatan yang sejati tidak akan terjadi (Kel 32:26).

 

2.         Ayub menaruh imannya di koordinat yang tidak berubah (Ayub 1:5).

Di Ayub 1:5, kata ‘senantiasa’ adalah ‘kol hayi-yamim’  yang berarti ‘seluruh dari hari-hari itu’ yaitu seumur hidupnya.  Dikatakan di Filipi 2:12 bahwa iman kita haruslah selalu taat sampai keselamatan digenapi. Rasul Paulus, sampai ia mati, ia tidak menganggap imannya sudah disempurnakan. Karena itu sampai ia mati, ia sedang berlari ketujuan sambil melihat penyempurnaan imannya (Fil 3:12). Namun pada gereja Galatia, dikatakan mereka lekas berbalik (atau segera menyimpang) dari Injil dan karena itu ditegur oleh rasul Paulus (Gal 1:6, Why 2:4). Jika seseorang segera menyimpang dari jalan yang diperintahkan, maka mulai saat itu, ia hanya melakukan apa yang dilihat oleh mata jasmani. Hasilnya, Allah yang tidak kelihatan akan dibuat menjadi Allah yang kelihatan dan itu tampak sebagai lembu emas (Kel 32:8, Neh 9:18). Ketika Yesus datang ke bumi ini, iman bangsa Israel telah berubah menjadi buruk sehingga penuh dengan formalitas dan kemunafikan, sampai-sampai dikatakan “Sekiranya ada di antara kamu yang mau menutup pintu (bait suci) (Mal 1:10).” Jika kita tidak menaruh iman kita pada koordinat yang tidak berubah, maka kita akan menjalani kehidupan iman yang telah menyimpang dari hakikatnya. Pada akhirnya ketika bangsa Israel melihat pekerjaan Yesus, mereka tidak bisa melihat dan meski mereka mendengar firman, namun mereka tidak bisa mendengar (Yoh 8:40, 47, 9:39-41) karena didalam diri mereka ada berhala yaitu allah yang mereka buat sendiri (Mzm 115:4-7). Koordinat iman kita haruslah ditaruh pada firman Allah yang tidak berubah (Yos 14:12, Bil 14:8, Ibr 13:8, Yak 1:18-19, Mal 3:6, Dan 6:16).

 

3.         Ayub menaruh atau memiliki iman yang telanjang/murni (Ayub 1:21).

Pada iman yang telanjang/murni hanya ada syukur dan pujian. Maka kita jangan menaruh iman pada materi (Hab 3:17-18). Tanpa iman/murni yang telanjang, kita tidak bisa percaya Allah. Nilai yang sejati dari umat manusia akan muncul saat kita memiliki iman yang telanjang/murni (1Kor 7:31). Ketika manusia berjalan bersama dengan Allah dan bersandar hanya kepada Allah saja, barulah sukacita akan muncul dan materi akan datang dengan sendirinya.

 

Kesimpulan:

Ayub menaruh imannya bukan pada penolakan, tapi pada penerimaannya (Ayb 1:22). Ayub tidak berdosa dengan mulutnya dan tidak mengeluh (Ayb 2:7-10, Kis 26:14). Janji Allah selalu ‘ya’ (2Kor 1:20). Pekerjaan yang manusia lakukan, pasti selalu ada kekeliruan dan bisa saja terdapat maksud jahat. Tapi pada pekerjaan yang Allah lakukan, sama sekali tidak ada kekeliruan atau maksud jahat. Firman Allah ataupun pekerjaan yang Allah lakukan selalu menjadi “ya.” Maka kita harus menerimanya dengan mengatakan amin tanpa syarat. Kiranya kita bisa menaruh iman pada keempat unsur dasar dari iman yaitu hati, ketidakberubahan/tidak berubah, ketelanjangan/murni, dan penerimaan atau kepositifan. Amin.

 

List of Articles
No. Subject Date Views
143 Berkat 'Allah Mengunjungi' di dalam Krisis Besar Dec 06, 2014 97701
142 Orang yang Bersyukur Nov 23, 2014 102284
141 Pelayan Jemaat yang Harus Berusaha dan Bergumul dengan Segenap Tenaga Nov 14, 2014 97431
140 Doa Daud Di Goa En-Gedi Nov 08, 2014 90957
139 Sebab Kuk Yang Kupasang Itu Enak Dan Beban-Ku Pun Ringan Nov 01, 2014 84461
138 Pakaian Yang Harus Dipakai Oleh Orang-Orang Kudus Di Akhir Zaman Oct 25, 2014 97130
137 Lewat Ketekunan Kamu Akan Memperoleh Jiwamu Oct 25, 2014 78941
136 Allah yang Selalu Memberikan Kasih Karunia yang Melimpah di dalam Segala Sesuatunya Oct 11, 2014 97485
135 Syukur Paulus Dan Doa Pengantaranya Oct 04, 2014 72338
134 Mari Menerima Berkat Ketekunan Sep 27, 2014 81563
133 Hanya Oleh Iman Sep 20, 2014 84867
132 Kehidupan Dari Orang Yang Berhikmat Sep 13, 2014 93974
131 Berlarilah Ketempat Dimana Orang Tuhan Berada Sep 06, 2014 89153
130 Mutiara Yang Terbaik Di Dunia Aug 30, 2014 93906
129 Kuasa Perjanjian Yang Memberikan Kemenangan Bahkan Di Masa Penganiayaan Untuk Membinasakan Keturunan Raja Aug 27, 2014 78266
» Iman Yang Benar Aug 27, 2014 97577
127 Pengajaran Yang Diberikan Melalui Peristiwa Penyembahan Berhala Lembu Emas Di Kaki Gunung Sinai Aug 27, 2014 86835
126 Jika Mau Menerima kasih Karunia Untuk Tetap Bertahan Hidup Aug 16, 2014 98544
125 Kemuliaan Yang Terbesar Dan Tertinggi Yang Akan Kita Nikmati Aug 16, 2014 83288
124 Peliharalah Hari Raya Penuaian Jul 18, 2014 84696
XE Login