FIRMAN

Khotbah minggu

Home > Firman > Khotbah Minggu

Mari Menerima Berkat Ketekunan

Views 81749 Votes 0 2014.09.27 23:11:13

MARI MENERIMA BERKAT KETEKUNAN

(Why 3:14-22)

 

Gereja Laodikia di pembacaan hari ini merupakan salah satu dari 7 gereja di Asia Kecil (Wahyu 2 dan 3). 7 gereja ini memperlihatkan keadaan dari gereja-gereja di akhir zaman. Dan gereja-gereja ini dapat dibagi ke dalam 3 kategori.  Pertama, gereja yang tingkatannya paling tinggi. Ini adalah gereja yang tidak menerima teguran dari Tuhan, hanya menerima pujian saja, yaitu gereja Smirna dan gereja Filadelfia. Kedua, gereja-gereja pada umumnya. Ini adalah gereja yang dipuji namun juga ditegur, yaitu gereja Efesus, gereja Pergamus, gereja Tiatira dan gereja Sardis. Ketiga yang tingkatannya paling rendah. Ini adalah gereja yang hanya ditegur yaitu gereja Laodikia. Kita janganlah menjadi seperti gereja Laodikia. Kalau begitu, kenapa gereja Laodikia hanya menerima teguran? Alasannya adalah karena mereka kurang memiliki ketekunan.

 

1.      Seperti apakah kondisi dari gereja yang ketekunannya kurang?

1)     Keadaannya netral dan suam-suam kuku (Why 3:14-16).

‘Dingin’ berarti tidak percaya karena belum terjamah oleh injil.  Sedangkan ‘panas’ berarti orang yang percaya injil dan penuh dengan kasih dan semangat atau ketekunan. Kalau begitu, apa artinya tidak dingin dan tidak panas?  Artinya iman yang samar-samar, yaitu suam-suam kuku (1Raj 18:21, Yer 5:31). Akar kata dari suam-suam kuku adalah tidak ada antusias. Itu sebabnya kita harus memberikan kesungguhan kita baik saat memberikan persembahan, melayani, berdoa ataupun menginjil. Di Zefanya 1:2 ada ungkapan ‘telah mengental seperti anggur di atas endapannya’.  Endapan dari anggur itu tidak jernih, tidak wangi dan tidak enak. Ini menunjuk pada sikap yang hanya mau tetap aman dan nyaman saja. Mereka menjalani kehidupan iman secara formalitas saja. Tapi dalam lubuk hatinya, mereka berpikir bahwa Tuhan tidak berbuat baik maupun berbuat jahat. Akan tetapi dengan jelas Alkitab berkata bahwa jika taat pada firman kita akan menerima berkat, dan jika tidak taat akan menerima musibah. Jika kita suam-suam kuku dan tidak ada ketekunannya, Tuhan akan memuntahkan kita. Kiranya kita membuang sikap hanya mau aman dan nyaman saja, melainkan rajin dan tekun membaca dan menyampaikan firman sejarah penebusan.

2)     Keadaannya dari luar terlihat kaya, tapi sebenarnya miskin.

Di Wahyu 3:17, kata ‘melarat’ (English: wretched=celaka) menunjuk pada hati yang mendua. Tentang ini dijelaskan secara rinci di Roma 7:17-25.  ‘Malang’ atau ‘kasihan’ menunjuk bahwa orang tersebut sudah berada dalam kondisi yang sekarat secara rohani. ‘Miskin’ berarti jiwanya tidak berkelimpahan. ‘Buta’ berarti mata rohaninya gelap (Yoh 9:39-41, Mat 13:16-17, Luk 11:33-36). ‘Telanjang’ menunjuk pada kondisi tidak mempunyai ‘kain lenan halus dari kebenaran’, yaitu tidak melakukan perbuatan2 yang benar dari orang-orang kudus (Why 19:7-8). Tuhan menyatakan bahwa gereja Laodikia tidak sadar tentang keadaan mereka yang melarat, malang, miskin, buta dan telanjang. Terhadap gereja yang demikian, Tuhan menyuruh untuk ‘membeli emas yang telah dimurnikan dalam api agar menjadi kaya, lalu pakai pakaian putih dan beli minyak untuk melumas mata’ (Why 3:18). Emas yang telah dimurnikan dalam api berarti iman (1Pet 1:7). Pakaian putih berarti kesucian dan kekudusan (Why 19:8). Minyak untuk mata menunjuk pada Roh Kudus.

 

2.      Bagaimana caranya supaya ketekunan kita muncul?

Di Wahyu 3:19b-20, di sini, kata ‘relakanlah hatimu’ dalam bahasa aslinya adalah milikilah ketekunan atau antusias. Kata ‘antusias’ berasal dari kata Yunani ‘en teos’ yang artinya di dalam Tuhan. Ini menunjukkan bahwa ketekunan/antusias yang sejati bukan timbul dari dalam diri kita, melainkan dimulai dari Allah. Ketekunan/antusias yang timbul dari dalam diri kita sendiri sangat mudah untuk berubah menjadi hawa nafsu, itu bukan antusias yang sejati. Makanya kita haruslah memiliki antusias/ketekunan Allah yang berasal dari Allah. Kalau begitu, kapan dan bagaimana ketekunan ini bisa muncul pada kita?

1)     Ketika  kita bertobat, ketekunan/antusias muncul. Pertobatanlah syarat agar ketekunan dapat timbul.

Pertobatanlah langkah pertama untuk masuk ke sorga dan faktor utama yang menimbulkan ketekunan/antusias. Jika bertobat, kita akan menerima berkat kelegaan pada seluruh aspek kehidupan kita (Ams 232:16, Kis 3:19, Mzm 51:19, 34:19, Tit 2:14, Yes 57:15). Kata pertobatan dalam bahasa Yunani ‘nakham’ atau ‘sub’. Kedua kata ini memperlihatkan 2 aspek dari pertobatan, yaitu sedih dan berbalik. Jemaat gereja Korintus sedih dan berdukacita sesuai kehendak Allah. Lalu hal itu menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan (2Kor 7:9-11). Sebagai hasil dari pertobatan, timbullah ketekunan/antusias yang besar.

2)     Ketika kita bersyukur atas kasih khusus penebusan, akan muncul ketekunan dan antusias.

Dengan melihat segala pemeliharaan keselamatan dari Allah yang telah dibentangkan lewat orang2 yang beriman, terlihat jejak antusias dan ketekunan Allah (Tit 2:14). Kiranya kita semua  selalu bersyukur atas kasih khusus Allah yang menggenapi penebusan Roh Jiwa Tubuh kita, sehingga pada kita semua muncul ketekunan dan antusias.

3)     Ketika kita menerima api Roh Kudus, ketekunan dan antusias akan timbul.

Kata ‘ketekunan’ atau ‘antusias’ adalah ‘khana’ dalam bahasa Ibrani yang berarti cemburu, terbakar oleh iri hati, atau timbul semangat. Kata tersebut adalah ‘je-o’ dalam bahwa Yunani yang berarti bahan bakar, merebus atau memiliki semangat yang membara. Gereja mula-mula telah menerima api Roh Kudus. Roh Kudus merupakan daya gerak serta seperti vitamin yang menimbulkan ketekunan dan antusias dalam iman (Kis 19:2, Rom 8:26).

Kesimpulan:

Apa alasannya pada kita harus ada ketekunan/antusias? Itu karena Tuhan yang mengasihi kita menasehati kita untuk bersemangat dan bertekun. Di Wahyu 3:19 dikatakan, “Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu <naskah aslinya: haruslah tekun> dan bertobatlah!” Kalau lihat naskah aslinya, terdapat kata ‘aku (ego)’ yang biasanya dihilangkan dalam bahasa Yunani dan terlebih lagi, aku ini ditaruhnya di awal kalimat. Jadi ada penekanan subjeknya. Ini menunjukkan bahwa Tuhan sendirilah Sosok yang mengasihi, menegur, serta menghajar kita. Maka terhadap suara Tuhan yang menasehati dan menegur kita, kita bisa taat dan bertekun didalamnya.

Alasan kedua, karena itu adalah nasehat dari kasih Kristus yang menguasai kita (2Kor 5:14). Tuhan telah menebus kita sampai-sampai menyalibkan anak-Nya di kayu salib supaya kita dikuduskan dan pada kita bisa ada ketekunan dan antusias dalam hal perbuatan yang baik, khususnya penginjilan (Tit 2:14, 1Pet 4:13). Bagi orang yang ambil bagian dalam penderitaan Kristus, hari kemuliaan Tuhan akan menjadi hari sukacita. Hari ini Tuhan sedang memerintahkan kita untuk bekerja melayani dengan segenap hidup kita, dengan memiliki kerajinan, semangat dan ketekunan (Rom 12:11). Ketika kita menjalani kehidupan yang berkenan pada Allah maka semua yang saudara doakan pasti akan dikabulkan Allah (Mzm 37:4). Amin.

 

 

 

List of Articles
No. Subject Date Views
XE Login