FIRMAN

Khotbah minggu

Home > Firman > Khotbah Minggu

SEBAB KUK YANG KUPASANG ITU ENAK DAN BEBAN-KU PUN RINGAN

[Mat 11:28-30]

 

Umat manusia telah divonis mati karena dosa dan pelanggaran (Ef 2:1). Alkitab berkata bahwa bagi manusia telah ditetapkan untuk mati satu kali dan setelah itu dihakimi. Karena itu bagi umat manusia, hal yang harus diperhatikan adalah kehidupan seperti apakah yang harus dijalaninya? Menurut Alkitab, dengan pedoman seperti apakah kesimpulan hidup seseorang akan ditetapkan? Itu adalah disepanjang hidupnya, beban seperti apakah yang telah ia pikul? Dan dengan cara seperti apa ia telah memikulnya? Mari kita merenungkan beban yang manusia pikul, dan beban seperti apakah yang Tuhan harapkan agar manusia pikul.

1.         Apakah beban dan kuk dari umat manusia? Dan apakah kuk dan beban dari Yesus?

Umat manusia adalah sosok yang berbaris menuju kematian sambil memikul beban. Semua orang memiliki beban. Ada beban keluarga, beban sosial, beban dari pekerjaan, beban moral, dsb. Selain itu, ada juga beban kasih, beban kebencian atau dendam.  Semakin menua, bebannya semakin bertambah sampai-sampai mencekik seperti ketegangan, kegelisahan, tekanan, keputus-asaan, depresi, ketidak-jelasan arah, perasaan bersalah, kesepian, ketidak-puasan, pelarian, dll. Hal-hal tersebut mencengkram kita agar kita menjadi budak dari beban-beban tersebut dan supaya kita tidak bisa lepas.

Kalau begitu, solusi apakah yang bisa kita harapkan dalam situasi seperti ini? Kepada umat manusia, Tuhan berkata bahwa Ia akan memberikan pada kita sebuah beban lagi. Tuhan berkata, “Kuk yang kupasang itu enak dan nyaman, serta beban yang Kuberikan itu ringan. Maka kamu pasti bisa menerimanya.Kalau begitu, seperti apakah beban yang hendak Yesus berikan pada kita? Jelas bahwa beban tersebut berbeda dengan beban yang telah kita pikul sejauh ini. Tuhan berkata bahwa beban itu bukanlah hal yang menekan kita, melainkan beban tersebut malah akan meringankan pundak kita yang telah ditekan oleh banyak beban lainnya. Karena beban itu diberikan oleh tangan yang penuh belas kasihan, serta tangan penyelamatan. Kuk dan beban yang Yesus berikan itu bagaikan sayap. Pada burung, walau sayapnya lebih besar dan berat dari tubuhnya, apakah itu menjadi beban baginya? sama sekali tidak. Jangankan beban, sayap tersebut malah menjadi sarana baginya untuk bisa terbang dengan ringan.  Saya harap agar kita bisa memikul beban ini. Saya harap agar kita bisa memilih kuk ini, karena inilah satu-satunya jalan untuk dapat menyelesaikan beban-beban kesengsaraan yang sangat berat dari kehidupan kita umat manusia.

2.         Bagaimana caranya agar kita bisa memikul kuk dan beban ini dengan ringan?

Dalam kehidupan iman, ada jalan yang naik dan jalan yang turun. Ketika kita merasa bahwa beban Yesus itu berat, berarti jalan kita sedang turun. Tapi jika kita merasa kuk Yesus itu ringan, berarti jalan kita sedang naik. Apakah kita bisa memberikan pengakuan ini dalam kehidupan iman kita?Aku sudah bisa menanggung pekerjaan yang dipercayakan padaku dengan sukacita dan gembira.” Jika demikian, itu adalah penegasan dari firman Tuhan yang mengatakan, bebanKu ringan.Ada orang yang pundaknya terasa berat ketika mendengar kata perpuluhan atau persembahan saja. Sedangkan bagi orang yang telah beriman dalam melaksanakan perpuluhan dan persembahan, kata-kata ini malah ia terima sebagai beban dari Yesus yang membuat menjadi ringan. 

Bagaimana iman martir yang rela dikurung untuk Tuhan dan mati itu bisa mungkin? Itu adalah karena orang itu mengerti bahwa penderitaan itu adalah berkat yang diberikan Tuhan dan  menerimanya. Apakah saudara menganggap bahwa datangnya saudara di hari Minggu untuk ibadah adalah kuk dari Yesus yang saudara terima dengan sukacita?  Jika ya, maka dengan jelas saudara layak untuk disebut sebagai orang yang beriman. Kiranya kita semua bisa menanggung kuk dan beban yang diberikan pada kita dengan rela hati. Apakah kita merasakan beban yang ringan dari Yesus melalui pelayanan? Dan apakah kita mengalami kuk yang ringan dari Yesus melalui pengabdian kita? Hati dari orang yang seperti demikian akan dipenuhi dengan sukacita besar. Semua hal tersebut bergantung pada sudut pandang apa kita melihat dan menerima beban yang ditanggungkan pada kita. Berat bebannya sebenarnya sama, bukan berbeda.

Orang-orang Yahudi di zaman dahulu terkurung oleh peraturan agama tentang kehidupan, ada sekitar 600an peraturannya. Maka mereka harus menempuh kehidupan seperti jalan pertapa yang sungguh berat. Di tengah-tengah zaman tersebut, firman yang dikatakan Yesus adalah ayat pembacaan kita hari ini. Datanglah pada-Ku dengan membawa beban yang berat itu. Serahkanlah pada-Ku dan pikullah beban dari-Ku yang ringan dan enak. Dari sinilah kita bisa tahu ada perbedaan antara Hukum Taurat dan Kasih Karunia. Kita tidak boleh melewatkan sebuah fakta bahwa disinilah terdapat perbedaan antara takluk kepada Allah dan bersyukur kepada Allah. Hukum taurat adalah beban yang berat, namun kasih karunia yang berasal dari Yesus adalah beban yang sungguh ringan. Di posisi yang takluk, kehidupan iman itu seperti kuk yang berat. Sebaliknya, dalam keadaan syukur, kehidupan agama akan menjadi kuk yang begitu nyaman. Kiranya saudara sekali lagi bisa mengingat bahwa masalahnya, perbedaannya, hanya tergantung pada bagaimana kita melihatnya dan bagaimana kita menerimanya.

Kesimpulan:

Setiap orang yang percaya Tuhan harus memikul beban dan kuk Tuhan. Kuk Tuhan adalah ketaatan dan beban-Nya adalah salib. Yesus pun memilih kuk dan beban dengan rela hati (Ibr 5:7-9). meski Yesus sendiri adalah Allah, Ia belajar ketaatan melalui Ia sendiri menanggung penderitaan yang diberikan. Itu sebabnya, Ia sekarang pun, dengan suara yang lembut dan rendah hati, sedang mengajarkan pada kita hari ini tentang keindahan dari ketaatan yang kudus. Bagaimanakah manusia yang tidak bisa menjadi sempurna bisa menjadi sempurna di hadapan Allah? Tuhan mengajarkan pada kita bahwa hanya ketaatan sajalah jalannya. Tuhan telah memikul salib menggantikan kita dengan pengajaran yang mendalam tentang damai yang sejati. Hari ini pun, Ia menderita menggantikan kita untuk menyelamatkan kita dari penderitaan. Asal kita percaya, taat dan mengikut-Nya, Ia hendak menuntun kita ke dunia istirahat yang kekal. Jika ketidak-taatan Adam membawa dosa, maka ketaatan Yesus di salib menjadi kuasa penyelamat (Rom 5:19). Ada sebuah hal yang harus kita ingat untuk ketaatan. Itu adalah, tidak akan ada ketaatan setelah kita memenuhi hawa nafsu kita, setelah kita mengeluarkan segala perkataan yang mau kita katakan, setelah kita memuaskan keuntungan dan kehendak kita. Ketaatan berarti pengorbanan dan kerugian diri kita harus terlebih dahulu terjadi untuk Tuhan. Sambil kita menuju sesuatu pun, kalau kita sadar bahwa itu bukanlah kehendak Tuhan, kapanpun kita harus bisa putar balik. Inilah ketaatan. Saya titip pesan kiranya dengan memikul kuk dan beban Tuhan dan mengikuti-Nya sampai akhir, saudara semua menjadi orang-orang kudus yang bisa menikmati istirahat di Firadus Allah. Ketika kita mengikuti Tuhan dengan memikul kuk dan beban Tuhan, barulah kita akan diakui sebagai orag-orang yang mengikuti peraturan Melkisedek. Kiranya Tuhan Yesus memberkati agar saudara semua bisa ikut dan taat dengan memikul kuk dan beban yang 'sebenarnya' enak dan ringan, dan dengan demikian silsilah saudara bisa beruba dari silsilah bumi menjadi silsilah Melkisedek di Sorga. Amin.

List of Articles
No. Subject Date Views
XE Login