KOMUNITAS GPBSI

KOMUNITAS GPBSI

Home > Buletin > Kolom

NG-Alan_del_Campo-buffalo-on-mount-talamitam.jpg

              Photography by Alan del Campo, courtesy National Geographic




Firman Hidup


Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu 

mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan 

kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.

Roma 12:1




Di Perjanjian Lama, ada 5 macam persembahan dengan korban-korban persembahan yang berbeda menurut setiap macam persembahan. Jika hal ini melambangkan keadaan iman dari orang-orang kudus yang beribadah hari ini, mari kita lihat apakah korban persembahan sejati yang Allah inginkan.


Pertama-tama, Allah menginginkan korban persembahan yang dikuduskan, bersih (tidak bernoda) dan tidak bercacat. Hal ini berarti, Ia melihat apakah kita telah mencurahkan segenap hati kita pada tugas yang telah diberikan pada kita. Mungkin kita diperlukan untuk membawa waktu dan uang, atau pun hati yang jujur dan tulus ikhlas. Hal yang lebih penting dibanding kekayaan materi adalah untuk menyerahkan diri kita sendiri. Hanya orang-orang kudus yang telah memberikan iman dan dedikasi yang berkenan yang dapat menjadi korban persembahan yang dikuduskan dan tak bercacat yang Allah inginkan dan dapat memberikan penyembahan dalam roh yang Ia senangi (Rm 12:1).


Kedua, Allah ingin agar kita menjadi korban persembahan yang berubah sepenuhnya menjadi debu. Di antara 5 macam persembahan di Perjanjian Lama, "korban sajian" adalah persembahan yang mempersembahkan tepung yang terbaik sebagai korban persembahan. Alasan mengapa Allah menginginkan gandum dalam bentuk tepung adalah agar "roti tidak beragi" dapat dibuat. Seperti demikian, kita harus benar-benar menanggalkan kulit luar hati kita dan memiliki lubuk hati yang remuk. Lebih lagi, Allah sangatlah senang jika kita mempersembahkan tepung yang terbaik ini dengan dicampur dengan minyak.


Ketiga, kita harus menjadi orang-orang kudus yang membakar (mempersembahkan) kemenyan. Kemenyan menunjukkan doa orang-orang kudus. Wangi aroma dari doa kita naik ke hadapan malaikat yang membawanya ke hadapan Allah. Doa seperti demikian adalah doa yang hidup. Doa ini menjadi doa yang menggerakan hati Allah.


Terakhir, kita harus menjadi korban persembahan yang digarami. Garam diperlukan untuk membumbui makanan dan membuatnya menjadi enak. Ketika larut, garam mencegah makanan menjadi busuk. Lebih lagi, saat garam larut pun rasanya tidak berubah. Demikian adalah karakteristik dari garam, maka itu haruslah ada pekerjaan yang seperti garam di dalam doa dan kehidupan rohani kita.



Tema doa

Kehidupan orang-orang kudus harus menjadi ibadah / penyembahan dalam roh. Ibadah rohaniah yang benar melambangkan hidup yang dikuduskan yang tak bercacat seperti korban persembahan yang dipersembahkan di Perjanjian Lama. Berdoalah agar hari ini kita dapat menjadi persembahan yang kudus dan tak bercela yang dapat dipersembahkan kepada Allah.



God Morning Bread 21/03/2013

http://blog.naver.com/gmb1533/100183807652

List of Articles
No. Subject Date Viewssort
XE Login