KOMUNITAS GPBSI
KOMUNITAS GPBSI
1. Masa sengsara adalah adalah kurun waktu 40 hari untuk mempersiapkan hari kebangkitan.
Masa sengsara tahun 2016 dimulai pada 10
Februari (Rabu) – 26 Maret (Sabtu), total 40 hari dengan mengecualikan hari
minggu dan hari kebangkitan adalah pada 27 Maret 2016. Di alkitab, ‘40’ hari
merupakan angka yang mengandung makna yang menggambarkan masa kesengsaraan,
kesepian, penghakiman, masa penyucian untuk bertemu dengan Allah, dll. Selama
40 hari Yesus berdoa puasa di padang gurun (Mat 4:2), setelah 40 hari Musa
berdoa puasa di gunung sinai, ia memperoleh 2 loh batu perjanjian (Kel 34:28),
saat air bah Nuh hujan turun selama 40 hari (Kej 7:17), nabi Elia berjalan
selama 40 hari dan naik ke gunung Allah, gunung Horeb (1 Raj 19:4-8). Selain
itu, waktu pelatihan dari Allah bagi bangsa Israel selama di padang gurun
adalah 40 tahun (Ul 8:2, Mzm 95:10). Namun, 40 tahun dari generasi pertama di
padang gurun menjadi keluhan dan ketidakpuasan, maka Allah menjadi jemu dan
akhirnya menjadi waktu ketidakpercayaan yang menghancurkan semua (Mzm 95:10).
Untuk itu, masa sengsara bisa disebut sebagai masa untuk merenungkan dan
berpartisipasi pada penderitaan dan kematian Yesus serta untuk menantikan
kebangkitanNya. Ini menjadi masa untuk memperbaharui diri dengan pertobatan.
2. Masa sengsara merupakan
masa pembaharuan diri dengan pertobatan
‘Masa sengsara’ dalam bahasa Inggris adalah ‘Lent’. Ini berasal
dari bahasa Anglo-Saxon kuno ‘Lecten’ yang memiliki arti ‘musim semi’. Selama
musim dingin yang sunyi, yang seolah berarti kematian, sama seperti musim semi
yang memancarkan hidup, maka bisa berarti bahwa Yesus mengalami penderitaan dan
mati di salib, menghancurkan kuasa maut lalu bangkit.
Meski tidak mudah, hati dan sikap dari jemaat kudus yang menghadapi
masa sengsara itu penting. Khususnya, sambil merenungkan dengan berfokus pada
Matius pasal 26-28, Markus pasal 14-16, Lukas pasal 19-24, Yohanes pasal 18-21
yang mencatat tetang aktivitas Yesus selama ‘minggu sengsara’, 1 minggu
terakhirNya, kita harus berpartisipasi dalam kesengsaraan Yesus. Maka jemaat
kudus harus mengendalikan diri dari hal-hal yang menghibur secara daging
seperti minuman alkohol, daging, hubungan suami-istri dan harus menjalani
kehidupan yang saleh.
40 hari masa sengsara adalah kesempatan pertobatan yang diberikan
Allah pada kita. Jika kesempatan telah diberikan dan tidak ditangkap serta
mengeraskan hati maka harus tahu bahwa murka itu akan menjadi semakin menumpuk
(Rm 2:5). Selain itu, tidak boleh hanya menjadi pertobatan dari luar yang tanpa
arah. Saat berdoa dengan ketulusan dengan seluruh hati dan kesetiaan seperti
Yesus yang telah berusaha dan berdoa dengan sepenuh hati hingga mengalirkan peluh yang bagaikan
titik-titik darah (Luk 22:44), maka Allah akan memperbaharui hati kita dengan
buah yang sesuai dengan pertobatan (Mat 3:8, Luk 3:8).
Hari pertama dari masa sengsara disebut ‘rabu abu’, pada agama
Katolik sebagai gambaran dari penyesalan akan dosa dirinya maka mereka
bertindak dengan menaburkan abu pada kepala mereka (2 Sam 13:19, Yeh 37:20).
Selama 40 hari masa sengsara hingga pada hari kebangkitan, sambil kita
merenungkan tentang penderitaan dan kematian Yesus, mari masing-masing kita
bertobat dengan mendalam agar kita bisa menyambut hari kebangkitan dari
sukacita.
Sumber: www.pyungkang.com