KOMUNITAS GPBSI
KOMUNITAS GPBSI
Faktor penyebab meledaknya pertumbuhan dari gereja mula-mula bisa
dilihat dari para rasul yang
menitipkan administrasi gereja kepada para diaken dan mengenai hal memusatkan pikiran dalam doa. Yesus menjalankan kehidupan yang memusatkan pikiran dalam doa di sepanjang
kehidupanNya dan bukan hanya di awal maupun akhir dari kehidupan pelayanan
umumNya. Oleh
karena itu,
gereja yang sejati, jemaat yang tulus
adalah orang-orang yang memusatkan pikiran dalam doa. Melalui firman
ini kiranya kehidupan kita pun
menjadi kehidupan yang hanya berusaha memusatkan pikiran dalam doa.
Berjaga-jagalah dalam doa
Di akhir suratnya, Petrus memberikan nasihat “Sadarlah dan berjaga-jagalah!” Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling
sama seperti singa yang mengaum-aum mencari orang yang dapat ditelannya. (1 Pet
5:8)”. ‘Sadarlah
dan berjaga-jagalah’ disini menunjuk pada ‘doa’.
Untuk menang dari ujian
dan serangan dari setan di hari akhir kita haruslah tersadar, terbangun dan berdoa. Yesus juga berfirman di (Mat 26:41) “Berjaga-jagalah dan berdoalah supaya kamu
jangan jatuh dalam pencobaan”. Orang yang berdoa tidak akan jatuh dalam pencobaan. Doa itu sama
seperti nafas hidup.
Doa juga merupakan percakapan rohani dengan Tuhan. Percakapan dengan
Tuhan membuat kita bisa mengalami
dunia rohani yang indah atau mempesona.
Tanpa doa maka tidak akan ada kemampuan/kuasa. Sama halnya dengan
seseorang tidak akan hidup jika tidak bernafas maka seseorang tidak dapat
menjalani kehidupan beriman jika tidak berdoa. Yesus menegor setan-setan
yang menyebabkan bisu dan tuli dan mengeluarkan mereka sambil berfirman kepada
para muridNya “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa” (Mrk 9:29). Seperti demikian jika tidak ada doa maka dalam kehidupan kita sama
sekali tidak ada kemampuan.
Ada perjanjian Allah apabila terus berdoa. Seperti di Firman (Ul 4:7) “Sebab bangsa besar manakah
yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti TUHAN, Allah kita,
setiap kali kita memanggil kepadanya?”, kepada orang yang berdoa Tuhan akan
pasti dekat dan menepati janji. Inilah janji dari Tuhan, inilah perjanjian.
Di dalam doa ada jawaban dari Tuhan. Orang yang selalu berdoa kepadanya akan diberikan jawaban
seperti di Firman (Yes 58:9) “Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan Tuhan
akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini
Aku!”. Dan umatKu, yang
atasnya namaKu disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajahKu, lalu
berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, “maka Aku akan mendengar dari sorga
dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka”(2 Taw 7:14).
Kehidupan
doa dari Yesus
Kehidupan pelayanan Yesus adalah hidup yang berdoa. Yesus memulai kehidupan pelayanan dengan doa (Luk 3:21), dan di akhir
masa pelayanan umumNya pun, Yesus mengakhiri dengan doa di Bukit Zaitun (Luk 22:39-44). Di
hari-hari biasa, Yesus pergi ke gunung untuk banyak berdoa, karena berdoa merupakan kebiasaan Yesus. Tidak hanya itu saja, karena Ia membawa serta murid-murid, maka Ia pun melatih mereka untuk berdoa. SJika menghadapi peristiwa yang penting dan setiap kali
timbul permasalahan yang terlebih dahulu
Yesus lakukan adalah berdoa. Contohnya, sebelum memilih 12 murid, Ia naik ke bukit untuk berdoa kepada Allah sepanjang malam. Ketika hari telah siang, Ia memanggil murid-muridNya
kepadaNya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang (Luk 6:12-13). Doa semalam suntuk Yesus adalah supaya nantinya para murid bisa lahir kembali
dengan menjadi rasul yang berkemampuan. Yesus membawa Petrus, Yohanes, Yakobus, lalu naik ke atas gunung
untuk berdoa. “Ketika Ia sedang berdoa,
rupa wajahNya berubah dan pakaianNya menjadi putih berkilau-kilau” (Luk 9:28-29). Seperti inilah, doa memiliki kemampuan untuk mengubah tidak hanya perangai dan karakter manusia tetapi juga hingga pada penampilannya. Saat berdoa seseorang bisa menerima kemampuan atau
kuasa. Doa adalah seperti perisai yang
membuat orang selalu berjaga-jaga bahkan ketika tidak ada cobaan. Oleh karena
itu orang yang berdoa memiliki kemampuan untuk menyembuhkan orang yang
mengalami cobaan.
Tetapi belajar firman tanpa doa,
belajar alkitab tanpa doa semuanya itu palsu. Tidak berpikir yang lain hanya memikirkan hal kedagingan. Kristen yang tidak berdoa adalah Kristen
yang tidak bertanggung jawab. Yesus berdoa, Ia adalah sosok yang berdoa sampai dianiaya di kayu salib. ”Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka
tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk 23:34). Setelah
meyampaikan firman bila ada waktu Ia pergi
ke tempat tenang dan berdoa, pergi ke gunung yang tinggi lalu berdoa, Ia juga mengajari para murid cara berdoa. Kita juga, saat meneladani kehidupan doa
Yesus yang seperti
ini, maka akan tersadar dengan syukur.
Turunkanlah warisan doa
Jika melihat kehidupan bapa leluhur
iman kita, Abraham, dia adalah orang
berdoa yang membangun ‘Mezbah Doa’. Kita sebagai keturunan rohani Abraham haruslah
meneladani kehidupan ‘doa’
yang Abraham jalani. Kata Yesus
kepada mereka: “ Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan
pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham (Yoh 8:39). Hal yang dilakukan oleh Abraham adalah berfokuskan pada ibadah, doa, firman, pujian, dan selalu berfokus dengan merindukan kasih karunia. Ia hidup dengan hanya mengandalkan Tuhan) dan taat
pada firman Tuhan. “Lalu ia mendirikan
disitu mezbah bagi Tuhan dan memanggil nama Tuhan” (Kej 12:7-8). Hal ‘memanggil nama’ maksudnya adalah doa. Abraham memohon dengan doa yang
sepenuh hati kepada Allah yang mewahyukan kehancuran kota Sodom. Beberapa kali
dan dengan berulang kali, Abraham memohon kepada Tuhan untuk menarik
kembali penghakiman jika ada orang benar di kota Sodom, dan Allah menyelamatkan
Lot.
Selain itu, pada saat Allah menutup kandungan
setiap perempuan di istana Abimelekh berkaitan dengan istrinya, Sara, karena
Abraham berdoa maka kandungan merekapun dibuka. Firman Tuhan “lalu Abraham berdoa kepada Allah, dan Allah menyembuhkan
Abimelekh dan isterinya dan budak-budaknya perempuan”(Kej 20:17). Dengan demikian
Abraham bukan saja orang yang berdoa tetapi ada kuasa di dalam doanya. Kehebatan Abraham bukan hanya dari iman di
sepanjang hidupnya, tapi itu bisa tampak dan semakin nyata dari generasi ke
generasi. Ia menurunkan warisan doa kepada keturunan-keturunannya. Untuk itu,
kita pun harus seperti Abraham, harus menyerahkan warisan kepercayaan dan iman
masing-masing kita kepada keturunan-keturunan kita. Sangatlah penting untuk memberikan warisan doa seperti yang diberikan
Abraham). Saat itu terjadi, maka orang-orang yang berusaha untuk
selalu berdoa setiap waktu dalam Roh dan
berjaga-jaga di dalam doa (Ef 6:18), akan menjadi keluarga iman yang tidak
terputus.
Firman, Doa dan Pujian! 3 unsur ini menjadi
daya pendorong yang penting pada pertumbuhan Iman. Marilah kita
memusatkan pikiran pada doa seperti Yesus
dan Gereja mula-mula. Ketika kita berdoa senantiasa setiap waktu di dalam
roh untuk segala doa dan permohonan, kiranya kita bisa menjadi jemaat kudus
yang menang dengan menerima kekuatan dalam segala hal.
Sumber:
pyungkang.com