KOMUNITAS GPBSI

KOMUNITAS GPBSI

Home > Buletin > Kolom

Mari Makan Madu dan Tetesan Madu
Amsal 24:13-14


honey.jpg


<Firman Hidup>

Anakku, makanlah madu, sebab itu baik; dan tetesan madu manis untuk langit-langit mulutmu. Ketahuilah, demikian hikmat untuk jiwamu: Jika engkau mendapatnya, maka ada masa depan, dan harapanmu tidak akan hilang.

Penulis Amsal mengajarkan kita untuk makan ‘madu dan tetesan madu’. Secara tradisional ‘madu’ dikenal sebagai obat yang menguatkan jantung, sedangkan seperti yang ada dalam pembacaan ayat hari ini, ‘madu dan tetesan madu’ menyimbolkan ‘hikmat’. Saat kita makan madu dan tetesan madu, hati kita akan menjadi terang dan kita tidak hanya mempersembahkan diri kita untuk pekerjaan Tuhan tapi juga menerima hikmat sejati dan melakukan pekerjaan yang baik.


Seseorang yang hatinya pernah mengalami kasih karunia akan menerima energi dalam hidupnya. Hatinya akan menjadi sukacita dan bahagia, jiwanya akan diperbaharui dan hikmat akan memancar bagai mata air. Terlebih lagi, mata dan telinga tercerahkan, serta akan menjadi orang yang memiliki kuasa untuk menjalankan tugas kebenaran yang Tuhan kehendaki. Di 2 Tim 3:16-17 tertulis “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.  Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik”. Layaknya madu, Firman Tuhan mengajar semua orang lewat kebenaran dan memperlengkapi untuk melakukan pekerjaan baik. Yesus juga telah memberikan hidupNya untuk memberikan keselamatan bagi kita dan menjadikan kita umatNya yang diperlengkapi untuk melakukan pekerjaan baik (Tit 2:14, 3:8, Ef 2:10). Untuk itu, orang yang makan madu dan tetesan madu adalah orang yang berusaha keras untuk melakukan pekerjaan baik di seluruh aspek kehidupannya.


Lalu kapankah kita dapat merasakan madu? Alkitab menyebutkan bahwa saat kita membaca Alkitab, maka kita akan diberi. Pada Amsal 16:24 tertulis “Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang.”. Pada Wahyu 1:3 tertulis “Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.”. Saat kita membaca dan memahami Firman Tuhan, sukacita dari pengertian akan Firman terasa manis seperti madu dan menyenangkan hati. Seperti yang kita lihat dari kakak beradik Marta dan Maria, hal mendengar Firman Tuhan jauh lebih penting dibandingkan sibuk dengan hal-hal dunia. Ini membuat hati kita terbakar seperti rasa madu dan menjaga kita tetap rendah hati, sehingga kita bisa melakukan perbuatan baik yang berkenan di mata Tuhan. (Luk 10:38-42).

<Tema Doa>

Kiranya dengan menerima Firman Tuhan yang lebih manis daripada madu dan tetesan madu, kau beroleh hikmat, sehingga kau bisa hidup untuk pekerjaan yang baik.


Sumber: God Morning Bread Gereja Pyungkang Cheil

List of Articles
No. Subject Datesort Views
XE Login