FIRMAN

Khotbah minggu

Home > Firman > Serisejarah Penebusan

"Ketika kita akan memulai pekerjaan apa pun, terlebih dahulu kita harus bertanya kepada Allah dengan berdoa, mencari jawaban-jawaban dari Alkitab, dan berpaling untuk meminta nasihat kepada orang Tuhan, maka Allah akan bertanggung jawab sepenuhnya sampai tujuan akhir kita tercapai."

- Abraham Park -


pray plan.jpg


Nama Henokh, keturunan Kain, sama dengan nama Henokh, generasi keenam dalam garis keturunan Set. Akan tetapi, Henokh dari garis keturunan Set, sebagai orang yang saleh, telah mencapai puncak tertinggi iman, sedangkan Henokh, anak Kain, sebagai orang yang tidak saleh, telah menjadi milik dunia. Henokh adalah anak laki-laki pertama yang diperoleh setelah Kain pergi dari hadapan Tuhan (Kej 4:16–17) dan adalah buah pertama dari humanisme. Sepertinya, Kain menamakan anak laki-lakinya Henokh yang berarti ‘dedikasi’ dengan sebuah harapan agar anaknya dapat didedikasikan bagi kesuksesan humanistik dan keluarganya.

Nama Henokh mungkin menjadi sangat terkenal dan juga sering disebut orang karena kota yang dibangun oleh Kain dinamakan menurut nama Henokh. Dia mungkin dikenal luas di dunia, tetapi namanya sama sekali tidak diingat oleh Allah karena namanya tidak memiliki hubungan apa pun dengan Allah. Henokh adalah sebuah nama yang dikatakan hidup, padahal mati di mata Allah (Why 3:1), yaitu nama yang tidak memiliki makna. Sebaliknya, nama orang-orang kudus yang berharga mungkin kelihatan hina di dunia, tempat tinggal sementara yang akan kita tinggalkan ini, tetapi nama mereka akan ditulis dan tidak akan dihapus dari dalam Kitab Kehidupan di Kerajaan Allah yang kekal (Why 3:5). Yesus yang dipaku di atas kayu salib karena menginginkan kehendak Bapa terjadi telah dikaruniakan “nama di atas segala nama” (Flp 2:9). Kepada semua orang kudus yang mengikuti jejak langkah Yesus dan yang patuh pada kehendak Allah, Dia mengaruniakan kemuliaan dengan menuliskan nama mereka di dalam Kitab Kehidupan. Nama kita yang telah ditulis di dalam Kitab Kehidupan Allah tidak dapat dihapuskan (Flp 4:3).

Kain dan anak laki-lakinya, Henokh, memulai tanpa Allah. Kain menamakan anak sulung yang dilahirkan baginya, setelah terbebas dari Allah, “dedikasi”, “prakarsa (permulaan)”, “guru”. Ia juga menamakan kota pertama yang mereka tempati “Henokh”. Sepertinya, rencana dan ambisi humanistik yang didirikan tanpa Allah oleh Kain dan Henokh sangat hebat. Dengan kekuatan sendiri, mereka hendak membangun kota agung yang sama seperti Taman Eden dan memimpikan sebuah Firdaus di atas bumi.

Akan tetapi, bagaimanakah hasil dari mereka yang “memulai” dengan meninggalkan Allah? Mereka menjadi biang pembantaian dahsyat, segala kekejaman, dan kejahatan. Dampaknya kota Henokh dapat menjadi Firdaus di bumi dalam sekejap sesuai dengan pikiran mereka, tetapi yang terjadi kemudian berbeda dengan rencana “awal besar” mereka itu. Kota mereka lama-kelamaan berubah menjadi kota yang penuh dosa, kejahatan, pembunuhan, ketidakadilan, korupsi, dan kecurangan.

Berapa seringkah kita memulai hal-hal di dalam kehidupan kita tanpa Allah? Bukankah kita tidak selalu mengikutsertakan Dia di dalam rencana kegiatan, kesuksesan bisnis, perkawinan, atau hari tua kita? Sumber segala permulaan adalah Allah. Saya berharap agar pembaca bisa percaya bahwa ketika kita akan memulai pekerjaan apa pun, terlebih dahulu kita harus bertanya kepada Allah dengan berdoa, mencari jawaban-jawaban dari Alkitab, dan berpaling untuk meminta nasihat kepada orang Tuhan, maka Allah akan bertanggung jawab sepenuhnya sampai tujuan akhir kita tercapai.

List of Articles
No. Subject Date Views
XE Login