FIRMAN

Khotbah minggu

Home > Firman > Serisejarah Penebusan

“meskipun manusia mewujudkan impian yang hebat

melalui pembangunan yang dilaksanakan dengan perencanaan yang terperinci dan matang,

investasi uang dalam jumlah besar, dan penggerakan sumber daya manusia yang besar dalam hidup mereka,

akhirnya mereka tidak bisa menghindar dari penghentian dan terbengkalainya pembangunan tersebut

akibat perubahan pelafalan sebuah kata

yang menyebabkan orang-orang tidak saling mengerti percakapan masing-masing sehingga berserakan.”


Menara Babel (Bagian 2)



Gods-Providence.png

Kedua, tujuan pembangunan Menara Babel adalah untuk mengedepankan nama mereka sendiri (Kej 11:4). Seperti keturunanketurunan Kain, mereka mengedepankan nama baik dan kehormatan mereka sendiri daripada mengedepankan nama Allah. Mereka menantang wibawa Allah dengan kekuatan ilmu pengetahuan dan peradaban yang merupakan puncak kesombongan manusia – sebuah hasrat untuk menjadi seperti Allah dengan mengedepankan nama diri sendiri daripada nama Allah (Yes 14:12–14). Allah menghancurkan rencana manusia yang sombong dengan mengacaubalaukan bahasa mereka dan menyerakkan mereka ke seluruh bumi (Kej 11:7–8)


Allah menggunakan kekacauan bahasa sebagai cara untuk menghentikan pembangunan menara itu dan untuk menyerakkan mereka ke seluruh bumi. Bahasa adalah lebih dari sekadar bunyi biasa yang keluar dari mulut orang. Kesatuan bahasa menunjukkan kesatuan pikiran dan gaya hidup, tetapi kekacauan bahasa tidak hanya menimbulkan ketidakcocokan pikiran, tetapi lebih lagi menyebabkan kekacauan dalam segala gaya hidup. Kekacauan bahasa langsung menyebabkan pembangunan Menara Babel berakhir. Pelajaran yang diberikan oleh hal ini adalah fakta bahwa meskipun manusia mewujudkan impian yang hebat melalui pembangunan yang dilaksanakan dengan perencanaan yang terperinci dan matang, investasi uang dalam jumlah besar, dan penggerakan sumber daya manusia yang besar dalam hidup mereka, akhirnya mereka tidak bisa menghindar dari penghentian dan terbengkalainya pembangunan tersebut akibat perubahan pelafalan sebuah kata yang menyebabkan orang-orang tidak saling mengerti percakapan masing-masing sehingga berserakan. Nabi Yesaya mengatakan dengan menunjuk kepada orang-orang bodoh seperti itu, “Tangan-Ku juga meletakkan dasar bumi, dan tangan kananKu membentangkan langit. Ketika Aku menyebut namanya, semuanya bermunculan” (Yes 48:13). Di dalam Kitab 1 Samuel 2:6–10, Hana, yang mandul, melahirkan Samuel dengan kasih karunia Allah. Setelah kelahiran Samuel, dia menyadari bahwa segala hal di langit dan bumi bergantung pada pemeliharaan yang berdaulat dari Allah dan akhirnya Hana bernyanyi, “Orang yang berbantah dengan TUHAN akan dihancurkan; atas mereka Ia mengguntur di langit” (ayat 10).

List of Articles
No. Subject Date Views
XE Login